Selasa, 31 Desember 2019

Jelang Tahun 2020, AS Serang Irak

Jelang Tahun Baru 2020, AS Serang Irak dan Iran Anggap Itu  Bentuk Dukungan kepada ISIS

Oleh Dasman Djamaluddin

Pemerintah Irak mengancam akan meninjau hubungannya dengan Amerika Serikat setelah Washington melancarkan serangan udara mematikan terhadap kelompok bersenjata pro-Iran yang terintegrasi dalam pasukan Irak.

"Pasukan Amerika bertindak berdasarkan prioritas politik mereka, bukan prioritas rakyat Irak," ungkap pernyataan resmi pemerintah Irak yang dikutip dari Kantor Berita Prancis, AFP, Senin, 30 Desember 2019.

Perlindungan Irak, pangkalan militer dan pasukannya di negara itu adalah satu-satunya tanggung jawab pasukan keamanan Irak. Juga dijelaskan bahwa pemogokan semacam di Irak yang juga sedang berlangsung dianggap Irak melanggar kedaulatan Irak dan bertentangan dengan aturan keterlibatan koalisi (yang dipimpin AS) yang hadir di Irak untuk memerangi jihadis.

Serangan yang dilakukan AS memaksa Irak untuk meninjau kembali hubungannya dan keamanannya, kerangka kerja politik dan hukum untuk melindungi kedaulatannya.

Serangan hari Minggu malam itu  menunjukkan pesawat AS menghantam beberapa pangkalan milik brigade Hizbullah, salah satu faksi paling radikal dari Hashsh al-Shaabi, pasukan keamanan yang didukung Iran yang terikat dengan negara Irak.

Serangan, yang menewaskan sedikitnya 25 pejuang menurut Hash, terjadi pada saat Irak terjebak dalam ketegangan yang meningkat antara sekutunya Teheran dan Washington.

Pada waktu bersamaan Iran, tetangga Irak yang sekarang telah menjalin hubungan baik, mengecam serangan AS itu dan menuduh Negara Paman Sam tersebut tengah melindungi gerilyawan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

Dalam hal ini, benar ucapan Iran tersebut. Tulisan saya yang diterbitkan Kompasiana, 12 April 2017 dan diperbarui, 7 Maret 2019, menekankan bahwa benar bahwa ISIS itu ciptaan
AS dan Israel.

Saya menekankan dan mengutip "Veteran Today," bahwa pemimpin ISIS Abu Bakar Al Baghdadi, adalah orang Yahudi. Disebutkan nama aslinya Emir Daash alias Simon Elliot alias Elliot Shimon.Lahir dari orang tua Yahudi dan direkrut serta dilatih Mossad, agen rahasia Israel.

Buat saya, yang sering mengamati perkembangan di luar negeri dan setelah berkunjung ke Irak dua kali, tahun 1992 dan 2014, paham betul dengan situasi ini. Sebenarnya apa yang dikatakan Donald Trump dalam kampanye calon Presiden AS, empat tahun lalu,  bahwa Obama yang membentuk ISIS, itu adalah benar. Saya tidak tahu mengapa rahasia intelijen AS ini dipaparkan ke muka publik. Kalau pun, Trump membantahnya setelah menjadi presiden, kemudian info ini sudah terlanjur diumumkan.

Kemudian, info ini dikuatkan dengan ditemukannya kertas selebaran di medan pertempuran di Irak. Isinya jika pesawat tempur AS terlihat di udara, jangan ditembak. Berarti dengan data tersebut kita mengetahui bahwa ISIS itu diciptakan oleh AS dan Israel.

Jika kita bicara AS dan Israel tidak ada bedanya. Dua negara itu adalah sekutu. Masih ingat harian "Kompas," menurunkan berita khusus tentang pilot AURI dilatih di Israel. Kemudian dibuat skenario, seakan-akan dilatih di AS ? Sebelum pilot kita pulang dari Israel, mereka dibawa dulu ke AS. Mereka membeli oleh-oleh di AS. Dipesankan kepada mereka, jika ditanya latihannya, bukan di Israel, tetapi di AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar