Senin, 27 April 2020

DI USIA 89 TAHUN, GORBACHEV BICARA VIRUS CORONA DI "TIME"

*Di Usia 89 Tahun, Gorbachev Bicara Virus Corona di "TIME"*

 _Oleh Dasman Djamaluddin_

Mikhail Sergeyevich Gorbachyov adalah politikus Rusia dan pemimpin Uni Soviet periode 1985 hingga bubarnya pada tahun 1991. Pada tanggal 11 Maret 1985, ia menjadi Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet kelima.

Gorbachev lahir pada 2 Maret 1931, berarti usianya sekarang, 89 tahun. Di usia senja seperti itu, ia baru saja muncul di "TIME," 15 April 2020.

Dalam wawancara itu, Gorbachev menegaskan, ia masih berharap, dunia setelah virus corona bisa bersatu lagi. Ia mengakui virus corona bisa membuat perpecahan, tetapi yakin seusai virus corona, bisa bersatu kembali.

Konsepnya tentang persatuan masyarakat internasional pernah ia kemukakan sebelumnya. Ia pernah mengatakan di masa jabatan kepresidenannya pada 15 Maret 1990 – 25 Desember 1991. Bagi dunia internasional, kebijakan Gorbachev, glasnost ("keterbukaan") dan perestroika ("restrukturisasi") serta konferensi puncak dengan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan dan reorientasi tentang tujuan strategis Soviet, berkontribusi mengakhiri Perang Dingin.

Semua ini merupakan karya cemerlang Gorbachev. Meskipun dengan menghapus peran konstitusional Komunis, dan secara tidak sengaja menyebabkan bubarnya Uni Soviet, Gorbachev dianugerahi Medali Perdamaian Otto Hahn pada tahun 1989, Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1990 dan Harvey Prize pada tahun 1992 serta gelar doktor kehormatan dari berbagai universitas.

Sebelumnya peran Gorbachev di pemerintahan pun bertambah waktu itu. Namanya cepat dikenal saat-saat itu. Karena populernya nama Gorbachev, malah ketika Andropov meninggal pada 1984, muncul spekulasi bahwa Gorbachev akan naik menjadi penggantinya, meski tidak terjadi.

Konstantin Chernenko kemudian terpilih menggantikan Andropov. Namun Gorbachev tidak butuh waktu lama untuk kesempatan kedua, karena Chernenko meninggal tidak sampai setahun kemudian.

Tidak memiliki pesaing kuat lainnya, Gorbachev kemudian dipilih sebagai Sekjen Partai Komunis sekaligus pemimpin Soviet, pada 11 Maret 1985. Selama enam tahun berkuasa, Gorbachev melakukan banyak reformasi dan merubah kebijakan luar negeri. Dia juga membangun hubungan yang lebih baik dengan Amerika Serikat.

Pada akhir 1980-an, Uni Soviet pun pecah berkeping-keping. Banyak wilayah menuntut untuk merdeka. Perekonomian jatuh, mendorong kehancuran Soviet dengan cepat.

Itulah sebabnya Gorbachev menyatakan mundur sebagai presiden pada Desember 1991.

Keruntuhan Tembok Berlin pada tahun 1989 dan berakhirnya Perang Dingin antara kubu Timur dan Barat yang telah berlangsung lama merupakan suasana yang melingkupi dasawarsa 80 hingga 90-an. Dan atas dasar dua kejadian tersebut, Komite Nobel memberikan penghargaan Nobel Perdamaian kepada Presiden Mikhail Gorbachev pada tahun 1991.

Presiden Soviet, Gorbachev, dikudeta pagi-pagi buta.  Uni Soviet kembali ke garis keras. Presiden Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, yang dikenal dengan politik pintu terbukanya (perestroika), akhirnya tersingkir. Berita menggemparkan dunia ini disiarkan kantor berita Soviet TASS. Di situ disebutkan, "Presiden Mikhail Gorbachev, karena alasan kesehatan, digantikan wakilnya Gennady Yanayev." Namun, tak disebutkan, sebetulnya telah terjadi kudeta di Uni Soviet.

Mikhail Gorbachev, sebagai pemimpin terakhir Uni Soviet, dengan tenang mengatakan dia sebenarnya memperkirakan hasil yang berbeda dari perubahan 1989.

Namun dia tidak keberatan untuk mengulanginya lagi dengan hasil seperti yang sekarang ini.

Adalah kebijakan Gorbachev yang memicu Revolusi 1989, yang menyapu Komunisme dari Eropa Timur.

Dan dua tahun kemudian, Uni Soviet yang kemudian terpecah. Hal itu -bagi banyak warga Rusia- membuat kepemimpinan Gorbachev tetap menjadi perdebatan. Tetapi, runtuhnya tembok Berlin salah satu perubahan di negara komunis pengaruh pembaruan Gorbachev.

Sayang sekali, walau mendapat sejumlah pengakuan internasional, Gorbachev tidak dianggap dalam politik Rusia.

Ketika Vladimir Putin naik ke puncak kekuasaan Rusia, dengan hati-hati Gorbachev memuji Vladimir Putin secara pribadi, sebagai pemimpin yang menstabilkan negara itu, namun mencatat sejumlah kekeliruan dalam cara pemerintahan di Rusia.

Dia meremehkan Rusia Bersatu –partai utama yang mendukung Putin- sebagai copy dari Partai Komunis di jaman Uni Soviet. Dan dia menegaskan Rusia memerlukan demokrasi yang lebih besar.

"Kami harus melakukan transformasi negara, kami perlu memodernisasi negara kami," tuturnya.

Dan hal itu, tambahnya, tidak bisa dicapai dengan tekanan maupun dengan mengeluarkan perintah.

"Hal itu hanya bisa dilakukan melakui demokrasi lewat penguatan lingkungan yang demokratis dan bebas dengan partisipasi rakyat.

Dalam pandangannya Rusia jelas harus melakukannya itu sendiri tanpa kuliah dari negara lain.

Kalau Putin kadang-kadang keras, kata Gorbachev, itu lebih merupakan gaya saja, termasuk kepemimpinan bersama antara Perdana Menteri Putin dan Presiden Dmitry Medvedev.

Bagaimanapun dia merasa terprovokasi dengan isyarat terbaru dari Putin untuk kembali ke kursi presiden tahun 2012, yang berarti Putin memerintah negara itu untuk 12 tahun lagi.

"Saya tidak suka perkataan ‘saya akan duduk dengan perdana menteri dan kami akan memutuskan," katanya tegas.

“Menurut saya hal itu sebaiknya diputuskan oleh pemilih, oleh rakyat dan saya tidak mendengar dia mengatakan rakyat. Saya kira itu tidak benar.”

 _Tentang Tuduhan kepada Gorbachev_

Salah satu tuduhan atas kepemimpinan Gorbachev adalah dia mungkin terlalu cepat mendorong perubahan. Tetapi dibantah Gorbachev,   bahwa perubahan itu tidak cukup cepat.

Tahun 2016, saya membaca sebuah majalah perjalanan Traveller, edisi Januari 2016. Cover majalah tersebut berjudul "Moskow Kini", menginspirasi  saya untuk  menulis perjalanan saya ke negara yang diberi julukan berbagai nama, Beruang Merah dan Tirai Besi.

Jika di majalah tersebut penulisnya Jeffrey Tayler mengisahkan perjalanannya dengan baik, memang demikianlah situasi dan kondisi kota Moskow sekarang ini. Apalagi penulisnya telah menetap selama 22 tahun  di Moskow. Hal itu sudah tentu  berbeda dengan saya yang hanya pada bulan Desember 1992 itu saja ke Moskow. Tetapi meskipun demikian, banyak hal yang kita lihat dan pelajari dari kota Moskow, yaitu bangsa Rusia menjadikan sejarah sebagai ujung tombak perjalanan bangsanya, sehingga bisa maju.

Saya sedikit menceritakan perjalanan ke ibukota Rusia itu, tanggal 22 Desember 1992 itu. Udara kota Moskow sangat dingin setiap bulan Desember. Salju mulai turun. Saya hadir di sana saat-saat negara itu sedang dalam peralihan. Mikhail Gorbachev yang disebut-sebut sebagai tokoh pembaruan Uni Soviet (nama Rusia waktu itu), ketika itu tidak lagi berada di kantornya. Peralihan kekuasaan  secara damai sedang berlangsung di sana.

Sudah tentu keadaan masyarakat juga sedikit terganggu. Ada di antara mereka acuh tak acuh dengan pembaruan yang dikumandangkan Gorbachev. Yang jelas, sejak dikumandangkannya pembaruan di Uni Soviet, rakyat terjebak ke arah perbedaan pendapat. Di berbagai kota di Moskow, saya menyaksikan dari dekat banyaknya para pengemis dan  kaki lima-kaki lima penjual pakaian bekas. Menyedihkan.

Waktu itu, memang Gorbachev, adalah tokoh pembaharu dan penganut Lenin yang setia. Ia mengumandangkan kosep Perestroika, dan merumuskan prinsip dasar-dasarnya. Pada akhirnya, rakyat Uni Soviet tidak memahami apa yang dilakukannya. Ia pun mengundurkan diri sebagai presiden pada Desember 1991.

Banyak yang mengatakan bahwa ia mengundurkan diri karena masalah kesehatan.Tetapi ada juga yang mengatakan, Gorbachev dikudeta. Gorbachev kemudian digantikan oleh Yeltsin. Jadi kepergian saya  ke  Uni Soviet, berada di bawah kepemimpinan  Yeltsin. 

Akhirnya Yeltsin pada tanggal 31 Desember 1999, di bawah tekanan internal yang besar,  pun mengumumkan pengunduran dirinya, meninggalkan kursi kepresidenan dan menyerahkan pimpinan Rusia ke tangan Perdana Menteri Vladimir Putin .

Terpilihnya Putin sangat tepat bagi Rusia. Mikhail Gorbachev ketika bertemu dengan Putin pada bulan Agustus 2000 memastikan dia tidak akan merusak Demokrasi Rusia. Begitu pula Boris Yeltsin menyatakan Putin kepada seluruh rakyat Rusia bahwa "Dia dapat mengulangi kejayaan Rusia yang baru pada abad 21".

Yang menarik pula dari Gorbachev ini, ia pada 1997,  membutuhkan sejumlah uang. Jadi dia membuat iklan Pizza Hut. Tentu saja ada lebih banyak cerita dari itu, tetapi tidak terlalu banyak. Dia dilaporkan menerima $ 1 juta untuk tempat itu. "Saya pikir itu adalah makanan rakyat," kata Gorbachev kepada "New York Times" setelah syuting. "Inilah sebabnya jika nama saya berfungsi untuk kepentingan konsumen, persetan dengan itu - saya bisa mengambil risiko."

Selama di Kebijakan Luar Negeri , Paul Musgrave menceritakan kisah itu:

Gorbachev telah mengalami nasib yang sama seperti banyak pensiunan Soviet, yang telah menantikan pensiun yang murah hati hanya untuk menemukan diri mereka dipaksa untuk bergegas dan mengikis untuk bertahan ketika ekonomi Rusia runtuh di sekitar mereka — menyusut 30 persen antara 1991 dan 1998. Yayasan Gorbachev, juga, terhuyung-huyung, bahkan biaya kuliah Gorbachev yang signifikan tidak dapat menopang keluarga dan yayasan serta stafnya, apalagi proyek yang mungkin ingin dikejar untuk meninggalkan warisan. Bahkan sumbangan dermawan dari Ted Turner hanya berjalan sejauh ini.

Gorbachev bertekad untuk tetap di Rusia dan berjuang untuk reformasi, bukan untuk mengambil kehidupan pengasingan yang dibayar dengan baik di luar negeri.Untuk melakukan itu, dia akan membutuhkan uang untuk mendanai pusatnya, stafnya, dan kegiatannya - mendesak. Seperti yang kemudian dikatakan Gorbachev pada "France 24," ketika ditanya tentang iklan itu, “Saya harus menyelesaikan bangunan. Para pekerja mulai pergi — saya perlu membayar mereka ... "

(Setelah berbulan-bulan negosiasi) Gorbachev akhirnya menyetujui — dengan syarat. Pertama, dia akan memiliki persetujuan akhir atas naskah. Itu bisa diterima. Kedua, dia tidak mau makan pizza di film. Pizza Hut yang kecewa itu.

"Kami selalu ingin pahlawan iklan memakan pizza," (kata Pizza Hut, eksekutif Scott). Helbing berkata.

Gorbachev memegang teguh. " Sebagai mantan pemimpin, saya tidak akan melakukannya,'" Helbing mengingat perkataan Gorbachev.

Di masa pemerintahan Presiden Soeharto, pernah diselenggarakan reseps Hari Revolusi  ke-72 Uni Soviet di Hotel Hyatt Aryaduta, Jakarta pada tahun 1989. Menurut laporan Majalah "Tempo," edisi 18 November 1989, resepsi tersebut dihadiri sekitar 500 undangan.

Sekitar setengah jam setelah minuman cocktail diedarkan, Duta Besar Uni Soviet Vladimir M. Semyonov mengangkat gelasnya. "Marilah kita angkat gelas untuk kesehatan Presiden Soeharto dan kesejahteraan bangsa Indonesia", ujarnya. Menhankam L.B. Moerdani, yang malam itu bertindak selaku Menteri Luar Negeri ad interim, membalas dengan mengajak hadirin melakukan toast, "Untuk kesehatan Yang Mulia Ketua Soviet Tertinggi Mikhail Gorbache...

Senin, 20 April 2020

MEREBAKNYA VIRUS CORONA DI IRAK HINGGA MUNCULNYA VIDEO PALSU SADDAM HUSSEIN


*Merebaknya Virus Corona di Irak hingga Munculnya Video Palsu Saddam Hussein*

 _Oleh Dasman Djamaluddin_
Irak, merupakan sebuah negara Arab berbentuk republik yang merdeka dan berdaulat di Timur Tengah.

Mengenai merebaknya virus corona di dunia, juga terasa di Irak. Banyak
anggota keluarga yang meninggal karena virus corona merupakan mimpi buruk tak berujung bagi warga Irak.

Saad Malik merupakan salah satu orang mengalami mimpi buruk tersebut setelah ayahnya dinyatakan meninggal karena Covid-19.

Malik mengatakan selama lebih dari sepekan terakhir ia berjuang untuk mendapatkan lahan untuk memakamkan jasad ayahnya. Hampir semua pemakaman di Irak menolak memakamkan jenazah yang meninggal karena virus corona.

Penolakan tersebut membuat keluarga tak memiliki pilihan selain tetap membiarkan jenazah berada di kamar mayat rumah sakit untuk sementara waktu.

"Kami tidak bisa mencarikan lahan pemakaman dan belum bisa menguburkan jasadnya, meskipun sudah lebih dari seminggu sejak ia dinyatakan meninggal," ujar Malik.

Selain mendapat penolakan, Malik mengaku ia dan keluarganya sempat mendapat ancaman dari orang-orang bersenjata. Mereka mengancam akan membakar mobil yang dikendarainya jika nekat menguburkan jenazah di daerah mereka.

Kementerian Agama Irak seperti mengutip AFP, mengatakan penolakan pemakaman jasad korban corona muncul lantaran warga khawatir penyakit tersebut menyebar dari mayat ke warga yang mendiami kawasan sekitar.

Penolakan bukan hanya datang dari warga, tokoh masyarakat yang berada di sekitar Baghdad sempat mencegah pejabat kementerian kesehatan untuk memakamkan empat jenazah di area pemakaman yang khusus diperuntukkan untuk korban Covid-19. Akhirnya, jasad-jasad itu dibawa kembali ke kamar mayat di rumah sakit.

"Kami memblokir pemakaman di daerah kami karena khawatir terhadap kesehatan anak-anak dan keluarga," ujar seorang warga yang tinggal di dekat salah satu pemakaman di Baghdad. Itulah gambaran situasi terkini di Irak yang jumlah penderita virus corona semakin hari semakin bertambah.

Perkembangan virus corona di Irak menurut sumber dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Baghdad, Irak, per tanggal 18 April 2020, warga yang terpapar virus corona sebanyak 1482 kasus. Meninggal dunia, 81 orang dan yang sudah dinyatakan sembuh sebanyak 906 orang.

Di masa lalu,  Irak  disebut Mesopatamia yang berarti "tanah di antara dua sungai, yaitu Sungai Tigris dan Sungai Euphrat yang mengalir sejauh 2300 kilometer ke Shatt al-Arab.

Warga Irak yang tewas sekarang ini tidak hanya dikarenakan virus corona, juga sejak invasi pasukan Amerika Serikat dan sekutunya melakukan invasi, penduduk Irak sudah menderita.



Tahun 2018, Angelina Jolie, tepatnya
pada tanggal16 Juni 2018, pernah mengunjungi Irak, yaitu ke Kota Mosul, kota kedua terbesar di Irak setelah Baghdad. Kota itu hancur berantakan.

Angelina Jolie adalah aktris Hollywood yang waktu itu ke Irak sebagai utusan khusus badan pengungsi PBB (UNHCR).

Jolie mendesak dunia internasional untuk tak melupakan warga Mosul, kota yang porak-poranda ditinggalkan gerilyawan ISIS (Negara Islam di Irak dan Suriah) yang tengah kesulitan membangun kembali kota mereka usai dilanda perang.

Pasukan pemerintah Irak berhasil membebaskan Mosul pada Juli 2017 dari kelompok bersenjata ISIS, yang menguasai kota di utara Irak itu selama tiga tahun dan menjadikannya sebagai salah satu basis "kekhalifahan" mereka.

Di tengah ancaman virus corona dan kehancuran Irak, masyarakat internasional menyaksikan unggahan video yang diklaim perkataan Saddam Husein mengenai ancaman Amerika kepada Irak menggunakan virus Corona. Setelah diteliti, ternyata video  itu tidak benar.

Hal itu dikatakan putri Saddam Hussein, Raghdad Hussein, melalui akun Twitter mengatakan bahwa video tersebut palsu dan suara dalam video tersebut adalah suara orang lain yang meniru Saddam Hussein.

Inilah konten yang dimanipulasi tersebut:

“Listen to Saddam Hussein was in a 1990 meeting with his cabinet, telling them how America was threatening Iraq with Corona Virus. This prove beyond the shadow of a doubt that Corvid-19 is a US biological weapon.

Artinya: "Dengarkan Saddam Hussein dalam pertemuan tahun 1990 dengan kabinetnya, memberi tahu mereka bagaimana Amerika mengancam Irak dengan Virus Corona. Ini membuktikan di luar bayangan keraguan bahwa Corvid-19 adalah senjata biologis AS yang dicuri China yang dan bocor di laboratorium Wuhan cina”

Beredar video yang diunggah melalui Facebook tentang Saddam Hussein mengatakan kepada kabinetnya di sebuah pertemuan pada tahun 1990 bahwa Amerika mengancam Irak dengan virus Corona. Unggahan tersebut juga menyebutan virus Corona adalah senjata biologis Amerika yang dicuri oleh China dan bocor di laboratorium Wuhan.

Berdasarkan hasil penelusuran, melansir dari altnews.in, video tersebut berasal dari video yang sudah diunggah di YouTube pada 21 Juli 2015 oleh akun “AP Archive” dengan judul “President with his military advisors”.

Video tersebut adalah pertemuan Saddam Hussein dengan tentara Irak dalam pasukan “Iraqi Republican Guard.” Perlu diketahui tidak dijelaskan tempat dan waktu saat pertemuan tersebut terjadi.

Video dalam unggahan Facebook adalah hasil suntingan dengan teknik sulih suara. Hal tersebut diketahui ketika melakukan perbandingan dengan video asli yang diunggah di YouTube. Dalam video asli, tidak disebutkan sama sekali tentang virus Corona begitu pula di deskripsinya.

Deskripsi dalam YouTube menjelaskan bahwa di dalam video Saddam Hussein mengatakan “jika Tuhan berkehendak dan kita harus mengejar musuh, maka kita akan melakukannya.”

Seperti telah disebutkan, bantahan lain berasal dari putri Saddam Hussein, Raghdad Hussein, melalui akun Twitter dia mengatakan bahwa video tersebut palsu dan suara dalam video tersebut adalah suara orang lain yang meniru Saddam Hussein.

Berdasarkan penjelasan tersebut, unggahan video Facebook tentang Saddam Hussein mengatakan Amerika mengancam Irak dengan virus Corona adalah informasi yang salah. Oleh sebab itu, unggahan tersebut masuk dalam Manipulated Content atau Konten Yang Dimanipulasi.

Pertanyaannya, apakah video yang ternyata palsu tersebut ingin kembali mengingatkan kepada warga dunia, bahwa seandainya Saddam Hussein masih hidup, maka ia dapat mengatasi ancaman virus corona di Irak ?

Yang jelas, informasi terakhir bahwa Amerika Serikat (AS)  memasok senjata kepada pasukannya di Irak, sementara pasukan Inggris bersiap menarik diri karena merebaknya virus corona di Negara 1001 Malam tersebut.

Sebelumnya  pasukan AS yang berada di Suriah pun meski sebelumnya sudah menjadi keputusan Presiden AS Donald Trump untuk ditarik secara keseluruhan, bukan berarti pulang ke tanah airnya, AS, tetapi mereka langsung ditugaskan ke Irak. Berarti tidak ada jeda bagi pasukan AS tersebut. Hanya sekarang mengubah lokasi penugasan dari Suriah ke Irak.

Menurut kantor berita "Sputnik," waktu itu, di Moskow, bahwa tidak seluruhnya pasukan AS ditarik, karena masih ada sekitar 200 tentara penembak jitu AS yang sengaja ditinggalkan di Suriah.

Pertanyaan untuk Irak, begitu gentingkah situasi di wilayah itu setelah pasukan AS dan sekutunya menghancurkan Irak, kemudian menggulingkan Presiden Irak yang sah, Saddam Hussein yang dieksekusi sejak 2003 ? Waktu itu jumlah pasukan AS di Irak mencapai sekitar 170.000 sebelum penarikan penuh selesai pada 2011.

Pasukan AS kembali ke Irak pada tahun 2014 sebagai bagian dari koalisi internasional yang dibentuk untuk memerangi pasukan  IS (Negara Islam di Irak) yang melanda sebagian besar wilayah utara dan barat serta sejumlah negara.

Irak sekarang memang berada di dalam situasi sulit. Kehadiran pasukan AS di Irak memang perlu dikaji ulang. Sebelumnya AS lebih condong mendukung suku Kurdi Irak yang baru-baru ini mayoritas penduduknya ingin merdeka dari Irak. Tetapi dengan meninggalkan Suriah, pasukan AS seakan-akan membiarkan pasukan Kurdi diserang oleh pasukan Turki di perbatasan antara Suriah dan Turki.

Di sisi lain, perlu juga diperhitungkan, karena kehadiran pasukan AS di Irak yang bertetangga dengan Iran, suatu kecemasan AS juga terhadap Iran. AS sejak awal memang ingin memantau Iran dengan kehadiran pasukannya di Irak.

Tetapi menjadi pertanyaan, apakah Irak mengizinkan pasukan AS kembali ke Irak. Untuk ini belum ada komentar resmi dari pemerintah Irak.

Perdana Menteri Irak sekarang adalah Adel Abdul Mahdi. Ia berasal dari Islam Syiah. Bersama Sayyid Muqtada al-Sadr, mereka menentang kehadiran pasukan AS di Irak. Hal ini wajar, karena sejak Saddam Hussein (Islam Sunni), mayoritas penduduk Irak beragama Islam Syiah ingin menunjukkan keberadaannya.

Pada tahun 2003, Saddam Hussein secara paksa diturunkan dari kekuasaan oleh AS, Inggris dan sekutunya selama Perang Irak. Kemudian pada hari Sabtu, 30 Desember 2016, menjelang pukul 6 pagi waktu Irak, Saddam Hussein menghembuskan nafas terakhir di tiang gantungan.

Situasi benar-benar berubah di Irak setelah Saddam Hussein.  Pemerintahan tidak lagi di satu tangan. Presiden Irak setelah Saddam Husein, sekarang dipimpin dari suku Kurdi,  Ahmed Salih. Ia adalah Presiden Irak ke-10 yang saat ini menjabat sejak 2 Oktober 2018. Dia juga adalah mantan perdana menteri Pemerintah Regional Kurdistan di Kurdistan Irak dan mantan wakil perdana menteri pemerintah federal Irak. Sementara kelompok Sunni di Irak setelah Saddam Hussein (Islam Sunni), tumbang diberi kekuasaan yang tidak begitu berpengaruh di Parlemen Irak.


Selasa, 07 April 2020

PERINGATAN HARI LAHIR ARISTIDES KATOPPO ITU BATAL SETELAH MEREBAKNYA VIRUS CORONA


*Peringatan Hari Lahir Aristides Katoppo Itu Batal Setelah Merebaknya Virus Corona* 

 _Oleh Dasman Djamaluddin_ 

Sebelum tanggal 14 Maret 2020 muncul   undangan via WAG yang mengundang saya agar menghadiri acara hari lahir almarhum Aristides Katoppo. Tidak lama kemudian, karena bertambah merebaknya virus Corona atau Covid -19, istri almarhum, Sasmiyarsi Sasmoyo meralat undangan tersebut, " acara dibatalkan."

Tidak hanya keluarga besar almarhum Aristides Katoppo yang dibatalkan, tetapi juga acara warga negara di Indonesia lainnya banyak yang dibatalkan. Merebaknya Covid-19 di Indonesia sudah tentu mencemaskan. Hampir setiap hari korban yang meninggal dunia dan yang sakit bertambah. Banyak yang bertanya, kapan ya, suasana seperti ini berlalu?

Aristides Katoppo merupakan wartawan senior kelahiran Tomohon, Sulawesi Utara, yang lahir pada 14 Maret 1938.

Dia selama ini dikenal sebagai wartawan senior harian Sinar Harapan/Suara Pembaruan dan pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Untuk memperingati hari lahir almarhum yang meninggal dunia di umur 81 tahun karena sakit pada hari Minggu, 29 September 2019  siang di Rumah Sakit Abdi Waluyo, keluarga besar telah menyusun sebuah buku: "Panggil Saya Bokap," sebuah Dokumentasi Keluarga Aristides Katoppo (1938-2019) (Jakarta: Penerbit Kosa Kata Kita, 2020).

Karena sejak awal ingin membacanya, saya meminta kepada Ibu Sasmiyarsi Sasmoyo mengirimkan bukunya. Hal itu tidak mungkin dipenuhi karena dalam suasana merebaknya Covid-19. Akhirnya isteri almarhum mengirim soft copy buku melalui WAG.

Buku ini diawali "Sekapur Sirih," dari Gubernur Lemhannas RI, Letjen TNI (Purn) Agus Wijoyo dan Prolog Eka Budianta, berjudul: "Ketika Bokap Gugur." Ada juga tulusan, antara lain, Basuki Tjahaya Purnama, Ganjar Pranowo, Ishadi SK dan Goenawan Mohammad. 

Tulisan saya berada di halaman 48-50 buku tersebut yang diambil dari Kompasiana, Minggu, 6 Oktober 2019, berjudul: "Selamat Jalan Wartawan Senior Aristides Katoppo." Saya menulis:

"Minggu, 29 September 2019, saya menerima kabar duka datang dari dunia jurnalistik Indonesia. Jurnalis senior yang juga salah satu pendiri Aliansi Jurnalis Independen, Aristides Katoppo dikabarkan meninggal dunia pada hari ini, Minggu, 29 September 2019, sekitar pukul 12.05 WIB.

Kabar meninggalnya eks wartawan senior "Sinar Harapan" atau "Suara Pembaruan" itu disampaikan sejumlah akun di laman Twitter, Minggu siang.

"Telah berpulang ke rumah Bapa di surga, eks wartawan senior Sinar Harapan/Suara Pembaruan dan pendiri AJI (Aliansi Jurnalis Independen) *Aristides Katoppo* pada hari Minggu 29 September 2019, sekitar pk 12:05. (Info dr Ign Haryanto) #RIPAristidesKatoppo," tulis Komisaris Utama PT Adhi Karya (Persero), Fadjroel Rachman di akun Twitternya @fadjroeL.

Saya yang baru saja menerima langsung WA dari Nurman Diah, langsung teringat sebuah kenangan pada hari Senin, 11 Juni 2018, ketika memenuhi undangan keluarga Aristides Katoppo untuk berbuka puasa di rumahnya.

Dalam pikiran saya, banyak wartawan atau mantan wartawan yang hadir di rumahnya. Ternyata, keluarga memang tidak mengundang wartawan yang lain, selain beberapa orang, termasuk diri saya.

Selain saya, ada seorang anak muda bernama Iwan Setiawan. Ia sering menulis buku, beragama Budha. Mengapa saya sedikit membicarakannya tentang agama? Karena Aristides Katoppo dan isteri, Samiyarsi Katoppo Sasmoyo (Mimis) mengundang saya berbuka puasa, beragama Kristen.

Jadi secara tidak langsung terciptalah kerukunan beragama di rumah keluarga besar Aristides Katoppo.

Di usia 80 tahun, Aristides masih ingat dengan saya. Bagaimana dahulu pertama kali saya mewawancarai beliau untuk mengisi buku yang saya tulis: "Butir-Butir Padi B.M.Diah, Tokoh Sejarah yang Menghayati Zaman" (Jakarta: Pustaka Merdeka, 1992). 

Ia pun masih ingat, saya dulu dan Aristides pergi ke Bogor dalam membantu menyusun buku yang saya sunting: "Gunawan Satari, Pejuang, Pendidik dan Ilmuwan" (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994). 

Lebih saya kagum, Aristides di usianya ke 80, ia masih ingat tentang buku saya; "Saddam Hussein Menghalau Tantangan," yang diterbitkan oleh Aristides tahun 1998. Buku ini diterbitkan atas kerjasama saya dengan Kedutaan Besar Irak di Jakarta.

Memang buku ini merupakan hasil perjalanan saya ke Irak, di bukan Desember 1992, atas undangan Kementerian Penerangan Irak. Buku ini pun akhirnya memperoleh penghargaan dari Kantor Sekretaris Presiden Republik Irak pada 24 Juni 1998.

Ia yang sangat sibuk hilir mudik menanyakan tentang persiapan untuk berbuka puasa dan makan sahur, bagi kami yang kerja hingga malam, bahkan menjelang sahur.

Minimal pembicaraan Aristides tentang Papua sedikit mengingatkan saya tentang berbagai hal yang berkembang di Papua, baik semasa kuliah di sana, maupun awal-awal sejarah Papua ke pangkuan RI. 

Bahkan Aristides banyak menambah pengetahuan saya, di saat-saat Presiden RI Soekarno bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Kennedy. Usaha Uni Soviet yang juga ingin masuk ke Papua.

Kerukunan beragama yang saya alami di Rumah Aristides Katoppo, sudah lama saya saksikan ketika bergabung dengan Kelompok Harian "Kompas," baik semasa saya di Jakarta tahun 1989 maupun di Kelompok Harian Kompas di Palembang yang sudah tentu mengingatkan akan figur Valens Goa Doy. 

Ia yang sangat sibuk hilir mudik menanyakan tentang persiapan untuk berbuka puasa dan makan sahur, bagi kami yang kerja hingga malam, bahkan menjelang sahur.

Seperti saya yang sering berurusan dengan berita luar negeri, karena perbedaan waktu yang sangat jauh antara misalnya di Amerika Serikat dengan Indonesia.

Berarti dengan pengalaman saya berbuka di rumah Aristides Katoppo, ternyata di antara kita, memaknai kerukunan antar ummat beragama sudah kami praktikkan sejak lama.

Itu belum lagi dikaitkan dengan pengalaman saya bergabung dengan Majalah "Topik," tahun 1982 dan Harian "Merdeka," tahun 1992, kedua penerbitan ini tergabung dalam Kelompok Harian Merdeka pimpinan seorang nasionalis tulen Burhanudin Mohamad Diah atau namanya populer dengan singkatan B.M.Diah.

Selamat jalan wartawan senior, Aristides Katoppo...


Kamis, 02 April 2020

ZULFIKAR ALI BHUTTO: " AKU BUKAN KORUPTOR"

*Zulfikar Ali Bhutto : " Aku Bukan Koruptor"*

 _Oleh Dasman Djamaluddin_

Hari ini, Kamis, 2 April 2020, saya membaca buku : " Zulfikar Ali Bhutto, Aku Bukan Koruptor." Buku ini awalnya disusun dalam bahasa Inggris, berjudul: "Zulfikar Ali Bhutto is I am assassination." Bulan April ini, tepatnya, 4 April 1979, Bhutto menghembuskan nafas terakhir di  Central Jail Rawalpindi, Pakistan, dihukum gantung.

Berarti jika membaca buku ini, bangsa Indonesia tidak merasa terkejut, jika Presiden Pertama Republik Indonesia, Bung Karno,  juga meninggal dunia ketika berada dalam tahanan rumah. Juga yang terjadi dengan Presiden Irak, Saddam Hussein, yang  meninggalnya di tiang gantungan. Iya, itulah politik.

Zulfiqar atau Zulfikar Ali Bhutto, lahir di Larkana.  Ia adalah politikus Pakistan yang pernah menjabat sebagai Presiden dan Perdana Menteri Pakistan ( 20 Desember 1970-Juli 1977). Pada tahun 1977, Zulfikar Ali Bhutto dikudeta militer dengan tuduhan pembunuhan politik di tahun 1974. Ia dihukum gantung 4 April 1979.

Lahir: 5 Januari 1928, di Ratodero, Pakistan. Memiliki beberapa anak, tetapi anaknya yang pertama (perempuan), Benazir Bhutto juga menjadi Perdana Menteri Pakistan, 2 Desember 1988-6 Agustus 1990 dan kembali menjadi Perdana Menteri Pakistan, 19 Oktober 1993-5 November 1996. Pada waktu menjadi Perdana Menteri Pakistan, 2 Desember menjadi perempuan pertama yang memimpin sebuah negara Islam. Kemudian, pada 6 Agustus 1990, Presiden Ghulam Ishaq Khan, didukung angkatan bersenjata, memecat Benazir. Hal itu tidak berlangsung lama, karena pada 19 Oktober 1993, Benazir Bhutto terpilih kembali sebagai Perdana Menteri Pakistan. Tanggal, 5 November 1996, ia kembali dipecat oleh Presiden Farooq Ahmed Leghari. Nasibnya juga menyedihkan, karena ia dibunuh pada 27 Desember 2007, di Rawalpindi, Pakistan.

Sekarang, sejak 2018, Pakistan memiliki perdana menteri bernama Imran Khan Niazi. Ia adalah politikus dan pemain kriket Pakistan yang terkemuka. Ia menjadi kapten tim kriket Pakistan dari 1971 hingga 1992 dan menjuarai Piala Dunia Kriket 1992. Pakistan pun tidak terlepas dari mewabahnya virus corona.

Dikutip dari BBC, banyak warga Pakistan yang berhenti di luar untuk menawarkan makanan, uang, atau amal lainnya kepada orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal. Ketika memberikan bantuan, mereka sering disertai dibarengi dengan kalimat "Berdoalah agar (virus corona) segera berakhir."

Ketika sebuah negara memutuskan untuk menetapkan karantina nasional, maka akan ada orang-orang yang terdampak besar atas keputusan itu, termasuk Pakistan. Banyak dari pekerja domestik seperti pedagang kaki lima hingga tukang semir sepatu belum mendapatkan uang dalam beberapa pekan setelah penetapan lockdown oleh Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan.

"Jika kita mematikan kota-kota ... kita menyelamatkan mereka dari corona [virus] di satu sisi, tetapi mereka akan mati karena kelaparan di sisi lain ... Pakistan tidak memiliki persyaratan yang berada di Amerika Serikat atau Eropa. Negara kita memiliki kemiskinan yang parah," kata Khan mengakui kondisi negaranya dalam pidato beberapa waktu lalu.

Meski Khan menunjukan realita yang pahit, selalu ada harapan yang bisa lahir dari pergerakan masyarakat sendiri. Di tengah pandemi, rakyat Pakistan bersama-sama membantu mereka yang kurang beruntung dengan cara yang unik dan inspiratif.

Menurut survei pemerintah baru-baru ini, bank-bank Pakistan mengumpulkan 7.377.678.000 rupee Pakistan dalam zakat dari populasi pada 2018-2019. Namun, banyak penyaluran zakat diberikan langsung kepada mereka yang membutuhkan, sehingga total nominal sesungguhnya tidak didokumentasikan.

Menurut penduduk Pakistan, zakat menghilangkan kotoran dari kekayaan.