Minggu, 18 Desember 2016

Kenangan: Sepucuk Surat dari Ibu Herawati Diah

Pada tanggal 24 Januari 1997, saya memperoleh surat jawaban dari Ibu Herawati Diah yang sekarang sudah meninggalkan kita semua.Surat itu merupakan jawaban dari surat saya kepada beliau untuk merencanakan revisi buku yang saya tulis, "Butir-Butir Padi BM Diah (Tokoh Sejarah yang Menghayati Zaman)," (Jakarta:Pustaka Merdeka, 1992).
Lengkapnya sebagai sebuah kenangan saya kutip lengkap isi surat tersebut:
                                             
                               Jakarta, 24 Januari 1997

Kepada Yth,
Saudara Dasman Djamaluddin
Jl.Kemang no.10
Kp.Babakan, Desa Sukatani
Cimanggus - BOGOR 16954

Assalamu'alaikum wr wb

Saudara Dasman yang baik,

Surat Saudara sudah saya terima dengan baik. Saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya dan saya juga ucapkan Selamat menunaikan ibadah Puasa ..

Keinginan Saudara untuk merevisi buku Butir-Butir Padi B.M.Diah saya tanggapi dengan baik. Kebetulan kita mempunyai banyak clipping mengenai Almarhum Bapak B.M.Diah, tentunya ini juga dapat digunakan untuk bahan tulisan. Tetapi perlu saya beritahukan kepada Saudara bahwa pada saat ini Ibu Tuti Kakiailatu sedang membuat sejarah hidup Almarhum B.M.Diah dan ini sudah dimulai pada waktu Almarhum masih hidup. Ketika itu Almarhum masih sehat.

Keinginan Saudara boleh saja diteruskan, sebaiknya untuk menyingkat waktu Saudara dapat membuat pertanyaan-pertanyaan yang mana tentunya akan saya jawab. Insyaallah.

Demikian yang dapat saya sampaikan kepada Saudara.

Wassalamu'alaikum wr.wb
ttd
Herawati Diah

Kamis, 08 Desember 2016

BERHATI-HATILAH BERKOMENTAR DI FACEBOOK

Hari ini saya membaca berita bahwa Polisi menahan penghina Presiden Jokowi dan Buya Syafii Maarif yang ditulisnya di Facebook.Berbagai berita itu muncul di media on line dan salah satunya saya "up load" di Facebook saya.

Memang kadangkala menulis di Facebook, kita sedang tidak menyukai seseorang. Namun pakailah bahasa yang santun di mana tidak menyinggung atau menghina seseorang. Jika terjadi penangkapan seperti ini yang menjadi korban adalah keluarga.(Foto Liputan 6 dan Okezone.com)

Selasa, 06 Desember 2016

Mengenang Perjalanan ke Uni Soviet dan Irak 1992

Bulan Desember selalu saya ingat menjadi kenangan tersendiri untuk pribadi saya, karena pertama kali mengunjungi Uni Soviet (sekarang Rusia) dan Irak. Saya diutus Bapak almarhum BM Diah (Burhanuddin Mohammad Diah) mengunjungi Irak. Tetapi di dalam perjalanan ke "Negara Seribu Satu Malam" itu, saya melalui Rusia karena ini merupakan permintaan saya secara pribadi untuk melihat berbagai perkembangan baru di sana.


Tanggal 10 Desember 1992, saya meninggalkan Jakarta ke Moskow dengan pesawat Uni Soviet, Aeroflot.Pesawat mengudara selama 13 jam dan di Moskow dijemput oleh koresponden harian "Merdeka" Svet Zakharov. Hari Minggu, 13 Desember 1992, saya meninggalkan Moskow menuju Baghdad, ibu kota Irak.Tetapi waktu itu Irak sedang mengalami larangan terbang, saya atau tamu siapa saja, entah pejabat tinggi atau rendah, terpaksa melalui Jordania, satu-satunya negara tetangga yang membuka perbatasannya dengan Irak.Saya menempuh jalan darat dari ibu kota Jordania ke ibu kota Irak, Baghdad sepanjang 885 kilometer yang ditempuh selama 13 jam. Melelahkan, sekaligus menyenangkan, karena melewati hanya padang pasir yang luas. Jalannya rata hingga ke Baghdad.

Di Baghdad, saya menginap di sebuah hotel yang mewah dan pembiayaan selama di Baghdad dibiayai oleh Pemerintah Irak.Perjalanan saya selama di Irak, selain di publikasi harian "Merdeka" juga menjadi sebuah buku semasa Duta Besar Irak untuk Indonesia dijabat Yang Mulia Dr Sa'doon al-Zubaydi.Beliau adalah mantan Kepala Penterjemah Presiden Saddam Hussein.

Pada tanggal 13 Agustus 1998, saya memperoleh penghargaan dari Kantor Sekretaris Presiden Irak atas hasil karya buku saya di atas itu. Penghargaan itu disampaikan oleh Duta Besar Irak untuk Indonesia, Dr Sa'doon J al-Zubaydi dalam upacara yang sederhana di Kedutaan Besar Irak, di Jakarta. Dalam penghargaan itu, Irak menyampaikan terimakasih atas simpati dan dukungan terhadap perjuangan Irak.


Jumat, 02 Desember 2016

Bertemu Jasni Matlani Cerpenis Malaysia

Foto di atas ini merupakan jepretan dari istri penulis cerita pendek (Cerpen) Jasni Matlani yang diabadikan ketika saya bertemu beliau di Perpustakaan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia pada hari Kamis, 1 September 2016.

Cerpen Jasni Matlani di antaranya "Tergantung pada Kata (1996)", "Hujan Putih: Kumpulan Cerpen (2006)", "Cerita Kota Kami: Kumpulan Cerpen (2013)." Lahir di Kampung Kebatu, 16 November 1962.

Pertemuan dengan warga negara Malaysia ini mengingatkan saya sewaktu mewawancarai Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Yang Mulia Dato' Zainal Abidin Zain pada bulan Agustus 2009 tentang hubungan Indonesia-Malaysia.Waktu itu saya adalah editor di Jurnal Bulanan "Diplomat Indonesia."

Juga mengingatkan saya sewaktu menjadi wartawan di Harian "Suara Karya" mewawancarai Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Yang Mulia Dato' Rastam Mohd Isa.


Minggu, 27 November 2016

Irak, Tempat Lahirnya Peradaban Manusia Itu Semakin Hancur

Dua foto dari "reuters" di atas ini menunjukan situasi terakhir di Irak dan Suriah.Dua negara bertetangga ini sedang menghadapi ujian berat.Berada dalam kondisi perang menghadapi pasukan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

Di Irak, pertempuran sengit masih berlangsung untuk merebut kembali Mosul, kota kedua terbesar di Irak. Memang wilayah Mosul belum berhasil direbut, tetapi jika berhasil direbut, maka pertanyaannya apakah kekuatan ISIS betul-betul berakhir di Irak?

Konsentrasi tulisan ini memang di Irak, karena awal mula lahir Negara Islam adalah di Irak. Pada tanggal 15 Oktober 2006, resmi dideklarasikan berdirinya "The Islamic State of Iraq (ISI) yang kemudian menjadi payung organisasi bagi kelompok-kelompok bersenjata yang sebelumnya telah ada.

Semua ini terjadi setelah Presiden Irak, Saddam Hussein mengembuskan nafas terakhir di tiang gantungan pada Sabtu, 30 Desember 2006, menjelang pukul 06.00 waktu setempat. Memang terbentuknya ISI dua bulan lebih awal sebelum Presiden yang sah waktu itu, Saddam Hussein digantung.Banyak masyarakat Arab marah atas keputusan Pemerintah Irak yang didukung Amerika Serikat (AS).Mereka tidak rela Saddam Hussein digantung atas anjuran pihak asing, AS.

ISI memperoleh dukungan penuh dari beberapa kelompok "jihadis" yang lebih awal berdiri, seperti Majelis Syura Mujahidin Irak (Mujahideen Shura Council), "Jamaat Al Tauhid wal-Jihad fi bilad Al-Rafidain" pimpinan Abu Musab Zarqawi yang tewas empat bulan sebelum berdirinya ISI, pada 7 Juni 2006 di kediamannya di Baqubah, akibat serangan udara pasukan AS.

Berdirinya ISI bertujuan mendirikan Kekhalifahan Islam di provinsi-provinsi yang didominasi Ahlussunnah Waljamaah.

Pada tanggal 9 April 2013, kepemimpinan ISI  berpindah ke tangan Abu Bakar Al-Baghdadi. Di tangannyalah ISI berubah nama menjadi ISIS dengan menambahkan kawasan Syam (Suriah) sebagai cakupan wilayah Islam.

Tanggal 7 Maret 2014, dikarenakan banyak terjadi pembunuhan dan ledakan bom, Arab Saudi menyatakan ISIS sebagai organisasi teroris.Selanjutnya tanggal 29 Juni 2014, ISIS mendeklarasikan berdirinya Khilafah Islam dengan membaiat Abu Bakar Al Baghdadi sebagai Khalifah."Iraw and As-Sham (IS)" dihapus, sehingga nama "kekhilafahan" nya berubah nama menjadi  "Islamic State (IS)" saja. Bagaimana pun juga, nama ISIS lebih populer diterapkan. Penghilangan Irak dan Suriah berkaitan dengan tidak dibatasinya Negara Islam hanya di Irak dan Suriah, tetapi ingin melebarkan sayapnya pada 29 Juni 2014 ke luar dari Timur Tengah. Antara lain ke kawasan Asia Barat. Lebih ekstrim ISIS menganggap batasan hanya di Irak dan Suriah sebagai berhala yang disembah selain Allah.

Sekarang ISIS semakin terdesak di Mosul. Entahlah, apakah ISIS betul-betul bisa dilenyapkan ataukah masih tetap dipertahankan eksistensinya oleh negara-negara besar?

Rabu, 23 November 2016

Jangan Sampai Bangsa Ini Terpecah Belah

Saya dua kali ke Irak.Pertama, pada bulan Desember 1992.Kedua, pada bulan September 2014.Apa yang saya lihat di sana? Hanya satu: PENDERITAAN RAKYAT IRAK. (Foto-foto di samping foto Reuters, juga berasal dari foto pribadi)