Selasa, 17 April 2018

Kebaya Kontemporer Undang Decak Kagum di Budapest

Hasil karya desainer Mira Indria curi perhatian dan  decak kabum pada the 3rd Global Fashion Week  di Budapest – Hongaria pada tanggal 13 April lalu.  Kebaya-kebaya kontemporer hasil karyanya melenggang cantik diiringi lagu ”Cintaku” dari Chrisye, tak pelak, riuh tepuk tangan penonton bergema  pada kegiatan fashion show tahunan tersebut.
Sesuai tema Global Fashion Week tahun ini yaitu Sustainable Fashion, rancangan busana khas Indonesia karya Mira Indria dibuat spesial dari bahan-bahan ramah lingkungan.  Busana Mira juga mendapatkan apresiasi tinggi dari para pegiat dunia mode karena busana tersebut dalam pembuatannya melibatkan para disabilities/penyandang cacat.




Duta Besar RI untuk Hongaria, Y.M. Ibu Wening Esthyprobo yang mewakili Mira Indria dalam wawancaranya oleh salah satu TV Nasional Hongaria, menjelaskan bahwa partisipasi Indonesia dalam acara yang diselenggarakan oleh National Fashion League Hungary Association (NFLH) membuktikan bahwa para perancang busana Indonesia diakui oleh dunia mode international.  Busana rancangan desainer Indonesia tidak kalah bersaing dengan rancangan para desainer dunia lainnya..



Kegiatan Global Sustainable Fashion Weekyang berlangsung mulai tanggal 11 – 13 April 2018 tersebut sangat unik, karena mengutamakan sustainabilitas dan bagaimana produk busana dapat membantu lingkungan sekitar, bahkan pada fashion show malam itu terdapat pula model-model penyandang disabilitas yang memamerkan karya desainer-desainer kawakan Hongaria.


The 3rd Global Sustainable Fashion Week menggabungkan beberapa kegiatan antara lain konferensi international, pameran dan peragaan busana in the field of sustainable dan ethical fashion. 

Duta Besar RI mewakili Indonesia juga menjadi salah satu pembicara dalam kegiatan konferensi internasional dengan mengetengahkan tema pentingnya peran serta kaum disabled dalam produksi tekstil yang ramah lingkungan di Indonesia.


Di akhir acara, Duta Besar RI untuk Hongaria, mendapatkan kehormatan bersama-sama model yang mengenakan busana rancangan Mira Indria dan desainer lain yang berasal dari Rusia, Inggris, Bulgaria, Kenya dan Hongariaberjalan di atas cat walk.

Budapest, 14 April 2018
Pensosbud KBRI Budapest

Rabu, 11 April 2018

Ketika Rocky Gerung (Teman Saya) Dikatakan "GILA."

"Rocky Gerung, " Dibilang Gila Usai Sebut Kitab Suci Adalah Fiksi," itulah judul "Serambinews.com," Rabu, 11 April 2018. Ia menjadi perbincangan publik usai menyebut jika kitab suci hanyalah sebuah fiksi yang diciptakan tuhan agar manusia berimajinasi.

Saya menyaksikan acara Indonesia Lawyer Club tvOne pada Selasa, 10 April 2018 itu. Saya selalu menyukai acara ini, karena selain acaranya menarik, juga banyak teman-teman ikut dalam acara tersebut. Hal ini dikarenakan, saya adalah alumnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI). Sebelumnya pada tahun akademik 1986-1987, saya sempat kuliah di Fakultas Sastra Jurusan UI. Waktu itu kampusnya masih di UI Rawamangun.

Pada waktu kuliah di UI Rawamangun inilah teman satu kelas saya termasuk Rocky Gerung. Lainnya, Gadis Arivia yang kini jadi dosen di almamaternya dan mengelola buletin "Jurnal Perempuan." Rocky juga sekarang seorang dosen di almamaternya. Hanya saya yang tidak selesai di Filsafat UI, karena sibuk mengurus majalah "TOPIK, " salah satu penerbitan Merdeka Group pimpinan Burhanudin Mohamad Diah (BM Diah).

Kembali ke masalah teman saya Rocky, sebagaimana dilansir "Serambinews.com," ia mengatakan dalam acara itu: "Kalau saya pakai definisi bahwa fiksi itu mengaktifkan imajinasi, maka kitab suci itu adalah fiksi," kata Rocky Gerung.

Pernyataan Rocky Gerung langsung mendapat sanggahan dari beberapa politisi yang hadir di sana. Tak hanya itu, ada pula yang memberikan tanggapan melalui akun Twitter mereka.

Sepengetahuan saya, Ilmu Filsafat memang sulit diterjemahkan atau ditafsirkan ke dunia nyata, sebagaimana Rocky menjelaskan berkali-kali di dalam disiplin ilmunya. Saya membayangkan Rocky sedang berada di hadapan mahasiswa-mahasiswanya. Ilmu untuk ilmu. Dari sisi ini Rocky ingin mengatakan, beginilah agama ditinjau dari sisi Ilmu Filsafat.

Tetapi jika berbicara tentang Ilmu untuk Masyarakat sebagaimana di acara Karni Ilyas, agama itu tidaklah Fiksi. Agama itu keyakinan. Saya mempercayai Islam itu agama saya. Saya yakin dan tidak meletakkannya di atas ilmu pengetahuan saya, karena ilmu yang saya peroleh sangat sedikit sekali yang diberikan oleh si pemberi ilmu, yaitu Allah SWT.

Mana mungkin kita mengatakan perjalanan Isra' Mi'raj sebagai fiksi ? Ia hanya bisa diyakini dengan iman. Jika dengan logika tidak mungkin seorang Nabi Muhammad SAW bisa melakukan perjalanan dalam sekejap dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan terus ke Sidratul Muntaha. Maka di Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) sering didengungkan ilmu dan iman harus sejalan dalam mengarungi kehidupan di dunia ini.