Kamis, 30 Januari 2020

TOKOH PERS BURHANUDIN MOHAMAD (B.M) DIAH

Wafat hari Senin, 10 Juni 1996 di usia 79 tahun dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Lahir di Kotaraja, Aceh, yang sekarang bernama Banda Aceh, pada 7 April 1917.
IG: videosejarah (@VideoSejarah) menge-Tweet: Para wartawan mengerumuni Menteri Penerangan B.M. Diah yang sedang membacakan surat penyerahan kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Jenderal Soeharto tahun 1967.

Selamat Hari Kebebasan Pers Sedunia. https://t.co/HE8rJZpoCW https://twitter.com/VideoSejarah/status/1124165133687635968?s=20
BEBERAPA BUKU KARYA ORANG LAIN :

KARYA SENDIRI TETAPI DIEDIT ORANG LAIN :
BEBERAPA KARYA SENDIRI (B.M.  DIAH :
https://youtu.be/7VsR5qNr0hk
https://youtu.be/-v6rUelCsPM
http://www.radiosuarabekasi.com/berita-seputar-bekasi-raya/sport-young-science-technologi/7127-jejak-panjang-b-m-diah

Senin, 27 Januari 2020

Hari Wafat Soeharto


Hari Wafat Soeharto dan Pendaftaran sebagai Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta dari Partai Golkar

 *Oleh Dasman Djamaluddin*

Inilah judul tulisan saya di Kompasiana, 26 Januari 2019, setahun yang lalu.   

Saya juga menampilkan foto saat-saat terakhir Presiden ke-2 Republik Indonesia (RI),  Soeharto. Foto ini saya unggah dari Tribun. Presiden ke-2 RI ini wafat pada 27 Januari 2008, di usia 86 tahun. Saya yakin, keluarga Cendana akan hikmat mendoakan ayah beliau pada peringatan hari wafat, tanggal 27 Januari 2020 ini,  agar Allah SWT mengampuni dosa-dosa sang ayah, kakek atau buyut.

Sudah tentu, hari wafatnya Presiden Soeharto yang telah menyatakan mundur sebagai Presiden RI pada 21 Mei 1998 memunculkan sebuah kenangan setelah beliau memerintah selama 32 tahun, terutama terhadap Golongan Karya yang dilanjutkan Soeharto. Mengapa saya mengatakan dilanjutkan?

Bagaimanapun juga inisiatif pembentukan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar) datang dari Presiden ke-1 RI, Presiden Soekarno dan Achmad Yani. Pandangan saya ini dimuat dalam Surat Pembaca Harian Umum "Suara Karya," 28 Maret 2001.

Selanjutnya di dalam buku yang saya editori dan diberi pengantar oleh Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Prof. Abdul Bari Azed,S.H, M.H, dan diterbitkan Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum UI halaman vi dan vii, saya menjelaskan sedikit tentang sejarah berdirinya Golkar dan keinginan Presiden RI K.H Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengeluarkan Maklumat Presiden RI tanggal 23 Juli 2001 agar Golkar dibubarkan.

Pada waktu itu Ketua Dewan Perwakilan Rakyat adalah Akbar Tanjung. Ia menulis surat kepada Ketua Mahkamah Agung RI agar segera mengeluarkan fatwa. Pada 23 Juli 2001 itu juga keluar Fatwa Mahkamah Agung yang ditandatangani Ketua Mahkamah Agung, Bagir Manan, bahwa dikeluarkannya Dekrit Presiden bertentangan dengan hukum.

Pada 7 Maret 1999 lahirkah apa yang dinamakan Golkar Baru, yang kemudian menjadi Partai Golkar.

Juga saya teringat ketika di masa Partai Golkar ini, saya didaftar sebagai Bakal Calon Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Banyak bakal calon berguguran waktu itu. Saya dianulir karena tidak memiliki  Kartu Tanda Penduduk Jakarta. Yang tersisih lainnya termasuk Agum Gumelar, yang hingga batas terakhir pendaftaran, tidak mengembalikan formulir.

Waktu ini Fauzi Bowo (Foke) ditetapkan sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Peta politik Pilres dan Pemilu tahun lalu, yaitu tahun 2019, sangat menarik. Partai Golkar bergabung dengan PDI-P. Sementara aktifis Partai Golkar Siti Hediati Hariyadi, yang sering dipanggil Titiek Soeharto, juga mantan istri Prabowo Subianto menyeberang dari Partai Golkar ke Partai Berkarya pimpinan Tommy Soeharto. Karena hanya ada dua Capres 2019, maka Partai Berkarya ikut mendukung Capres Prabowo Subianto, mantan suami Titiek Soeharto.

Jumat, 24 Januari 2020

Mahkota Bagi Seorang Wartawan

*Mahkota Bagi Seorang Wartawan*

Catatan wartawan Dasman Djamaluddin
https://id.wikipedia.org/wiki/dasman_djamaluddin

Menyambut Hari Pers Nasional, 9 Februari 2020, saya menurunkan tulisan tentang Mikhail Gorbachev. Apa kaitan dengan Hari Pers Nasional 2020 ?

Adalah Burhanudin Mohamad (B.M) Diah yang menyatakan bahwa setelah pertemuannya dengan   Mikhail Gorbachev, ia menganggap sebagai "Mahkota Bagi Seorang Wartawan."

Pada 4 Agustus 2019, saya menulis di Kompasiana tentang Mikhail Gorbachev. Ia muncul kembali baru-baru ini, karena mantan kepala badan intelijen Israel Mossad, Tamir Pardo, telah mengklaim bahwa campur tangan Rusia di dunia maya telah membantu mempengaruhi pemilu presiden Amerika Serikat (AS) 2016 yang dimenangkan Donald Trump. Demikian bunyi laporan yang diturunkan media Israel, Haaretz.

Menurut Pardo, Rusia memilih kandidat yang paling menguntungkan secara politis untuknya dan menggunakan "bot" online untuk mengantarkan Trump ke kursi kepresidenan.

Terlepas benar atau tidak laporan tersebut, tetapi sebahagian besar rakyat AS percaya bahwa Rusia telah membantu Trump mengalahkan calon presiden AS dari Partai Demokrat, Hillary Clinton. Apakah sekarang ini manuver AS yang keluar dari kesepakatan nuklir antara AS - Rusia di masa Presiden Mikhail Gorbachev suatu pertanda bahwa Trump akan kembali dibantu Rusia dalam pemilihan presiden AS tahun 2020? Tetapi sebaliknya boleh jadi manuver politik Trump tentang nuklir akan memupus kepercayaan Rusia kepada Trump?

Yang jelas sikap Presiden AS Donald Trump untuk menarik diri dari kesepakatan senjata nuklir dengan Rusia, membuat mantan Pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev mengeluhkan sikap AS yang menarik diri dari pakta pengendalian senjata nuklir jarak jauh yang ditanda-tangani kedua negara pada Desember 1987. Ketika itu, AS diwakilkan oleh mantan Presiden Ronald Reagan, sedang di pihak Uni Soviet oleh Mikhail Gorbchev.

Sangatlah wajar apabila Gorbachev yang sekarang berusia 88 tahun bersuara dan menilai keputusan Washington tersebut bisa merusak keamanan internasional. Menurut Gorbachev, menarik diri dari pakta yang disepakati pada 1987 sama artinya AS berurusan dengan potensi hancurnya keamanan Eropa dan keseluruhan sistem keamanan internsional.

"Penghentian pakta ini akan sulit membawa keuntungan bagi komunitas internasional. Langkah ini menghancurkan bukan hanya keamanan di Eropa, tetapi juga di seluruh dunia," kata Gorbachev dalam wawancara dengan Interfax, Jumat, 2 Agustus 2019.

Jika melihat foto dari Xinhua di bawah ini terlihat Mikhail Gorbachev, Mantan Presiden Uni Soviet, kanan, dan mantan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan, kiri, saat menanda tangani pakta pengendalian senjata nuklir pada 8 Desember 1987.

Dikutip dari rt.com, Sabtu, 3 Agustus 2019, Gorbachev mengatakan pihaknya saat ini berharap Washington mau membalikkan keadaan dan merevisi keputusannya. AS sebelumnya menuding Rusia telah menciderai pakta pengendalian senjata nuklir jarak jauh dengan mengembangkan sebuah rudal. Meski dibantah Rusia, melihat perkembangan persenjataan mutakhir Rusia yang untuk sementara bisa mengimbangi senjata AS dalam ajang pertempuran di Suriah, benar bahwa persenjataan Rusia kembali diperhitungkan oleh AS.

Hal ini pun dibuktikan, baik di dalam pertempuran di Suriah yang kemudian membantu mempertahankan posisi Presiden Suriah Bashar al-Assad, maupun menyaksikan jenis senjata yang dijual kepada Turki baru-baru ini. Kebangkitan Rusia setelah Uni Soviet pecah di masa Gorbachev dibuktikan Vladimir Putin ketika ia mengambil alih Crimea.

Demikian pula AS. Berbekal senjata mutakhirnya menginvasi Irak. Pada waktu ini kekuatan Rusia belum pulih, sehingga ikut juga menyetujui bekas sekutunya Irak diserang AS. Tetapi ketika AS ingin menginvasi Suriah, langkah AS terganjal oleh Rusia yang kekuatan militernya sudah pulih. Akhirnya terjadilah perimbangan kekuatan di Suriah.

AS di pihak lain juga menjual senjatanya kepada Arab Saudi. Sebenarnya, AS juga ingin menjual senjatanya kepada sesama anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), yaitu kepada Turki. Tetapi betapa kecewanya AS kepada Turki yang membeli senjata dan pesawat tempur dari Rusia.

Tahun 2020 merupakan permasalahan pelik untuk Trump. Ia bisa saja terpilih kembali menjadi presiden untuk periode berikutnya atau langkahnya akan terhenti meski waktu tulisan ini dibuat  sedang memperjuangkan mendapat hadiah Nobel Perdamaian 2018. Tetapi gagal. Bagaimana pun persoalan penghentian membicarakan senjata nuklir dengan Rusia akan berpengaruh terhadap dirinya dalam pemilihan presiden AS tahun 2020.

Sebaliknya Rusia dengan munculnya Mikhail Gorbachev tampil kembali di dunia internasional, apakah berdampak terhadap kepemimpinan Vladimir Putin ? Yang jelas bagi wartawan Indonesia, nama Gorbachev pernah menghiasi halaman suratkabar di Indonesia.

Burhanudin Mohamad Diah, pendiri harian "Merdeka," pernah mewawancarai Pemimpin Tertinggi Uni Soviet, Mikhail Gorbachev di Kremlin pada 21 Juli 1987. Sejak memegang pucuk pimpinan di Uni Soviet lebih dua tahun berselang, Mikhail Gorbachev , Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet, banyak menarik perhatian dunia. Itu berkat tindakan-tindakan yang cukup mengejutkan, yang tak jarang jauh di luar ramalan pengemat politik sekalipun.

Inilah dialog B.M.Diah ketika bertemu Gorbachev yang dikutip dari buku beliau: B.M Diah, "Mahkota Bagi Seorang Wartawan" (Jakarta : Pustaka Merdeka).

"Dengan ramah dan senyum persahabatan, ia (Gorbachev) memulai membuka kesempatan bagi B.M.Diah mewawancarainya. Wawancara B.M.Diah ini sekaligus untuk memperingati satu tahun pidato  Gorbachev di Vladivostok yang merupakan angin baru pandangan Uni Soviet bagi kawasan Asia-Pasifik.

Mikhail Sergeyev Gorbachev: "Saya senang ketemu dengan Tuan Diah. Saya mendengar banyak mengenai kegiatan Tuan. Tuan sudah beberapa puluh tahun  aktif dalam bidang jurnalistik, bukan ? "

B.M.Diah : Saya senang bertemu dengan Tuan Sekretaris Jenderal. Ini suatu kehormatan besar bagi saya. Betul sekali sudah selama 50 tahun saya aktif dalam dunia jurnalistik.

Mikhail Sergeyev Gorbachev : " Itulah pengalaman yang besar. Dan pengalaman bukan sesuatu beban yang tak diperlukan, apalagi kalau dipergunakan  secara benar. Misalnya kami sekarang melaksanakan  tugas-tugas baru dalam negeri kami. Dan pada tahap perkembangannya ini, kami  terus memperkaya diri atas dasar pengalaman serta pelajaran sejarah."

B.M.Diah: Kami sangat memperhatikan pidato-pidato  Tuan serta proses-proses yang sedang terjadi  di Uni Republik Sosialis Soviet.

Mikhail Sergeyev Gorbachev: " Terimakasih.  Apakah kata-kata perestroika  dan glasnost  sudah sampai ke Indonesia ? Dapatkah kata-kata ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia? "

B.M.Diah: Kata-kata itu dikenal baik di negara kami dan tidak perlu diterjemahkan.

Mikhail Sergeyev Gorbachev :" Sambil menyerahkan kepada Tuan jawaban-jawaban tertulis atas pertanyaan -- pertanyaan, saya ingin mendahuluinya dengan catatan-catatan yang tidak besar, tetapi, menurut pendapat saya, esensial. Saya berterimakasih kepada Tuan,  dan Redaksi surat kabar Tuan, atas diperhatikannya Hari Ulang Tahun pidato saya di Vladivostok. Pimpinan Soviet memberi arti penting kepada apa yang telah dikatakan di Vladivostok. Waktu itu kami berusaha menguraikan  politik kami terhadap kawasan yang didiami oleh ratusan juta manusia. Dalam pada itu kami mengharapkan pengertian  yang sewajarnya atas politik kami."

Pertanyaan-pertanyaan yang Tuan kemukakan, saya memandang sebagai bukti bahwa dalam masyarakat Indonesia ada perhatian pada politik kami, pada penilaian-penilaian kami akan keadaan di kawasan Asia Pasifik, pada pemikiran-pemikiran kami mengenai masa depan kawasan ini dalam konteks  politik dunia.

Catatan-catatan B.M Diah adalah sebagai berikut:

Kami berusaha memandang dunia modern dari posisi yang  benar-benar ilmiah dan realistis. Analisa yang dibuat ini membawa kami pada suatu pandangan dunia yang baru, pada politik yang baru, yang kami proklamasikan pada kongres partai kami.

Analisa ini membantu kami melihat realitas-realitas yang menjadi karakteristik untuk dunia masa kini. Dan dunia sekarang ini berbeda serius dengan dunia 30-40 tahun yang lalu.

Pertama-tama, peradaban manusia menjadi terancam karena persediaan-persediaan senjata nuklir yang luar biasa banyak jumlahnya, ini suatu realitas yang tidak dapat diabaikan. Sebaliknya, penilaian yang benar terhadap realitas tersebut membantu kita menarik kesimpulan bahwa hari ini masalah-masalah dunia tidak dapat diselesaikan melalui jalan-jalan militer, karena jalan ini dapat mengakibatkan konsekuensi-konsekuensi  yang tidak dapat diramalkan. Itu berarti bahwa perlu ada koreksi  dalam pandangan-pandangan pada dunia ini serta dalam politik negara-negara.

Masalah-masalah yang terdapat di dunia ini menuntut penyatuan  usaha-usaha semua negara. Dan pada umumnya, kalau  kita melihat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknik, maka kemajuan semakin membikin kita saling mendekatkan kita serta mendekatkan kita secara lebih erat dari pada kapan pun juga. Kita semakin banyak saling tergantung, kita semakin banyak saling membutuhkan."}

Wawancara B.M.Diah dengan Mikhail Gorbachev dapat dilihat lengkap dalam bukunya:  Mahkota bagi Seorang Wartawan.  Menurut B.M.Diah, wawancara ini merupakan tugas puncak  yang  ia peroleh.  "Kami betul-betul senang dengan pertemuan ini, Tuan Sekretaris Jenderal. Bagi saya pribadi,  ini adalah mahkota  dari kegiatan jurnalistik saya selama 50 tahun," ujar B.M.Diah kepada Mikhail Gorbachev .

Oleh karena itu di Hari Pers Nasional 9 Februari 2020, nama Tokoh Pers B.M. Diah tidak bisa dilupakan.

Senin, 13 Januari 2020

Apakah Irak Menjadi Awal Pertempuran AS-Iran ?

*Apakah Irak Menjadi Awal Pertempuran AS-Iran ?*

 _Oleh Dasman Djamaluddin_

Pada 9 Februari 2019, saya menulis di Kompasiana tentang negara Iran. Di awal tulisan, saya mengutip tentang motto Revolusi Iran. "Setiap hari adalah Asyura, setiap tempat adalah Karbala."

Inilah salah satu motto dari Revolusi Islam Iran, yang selalu diperingati setiap tanggal 11 Februari. Tahun 2020 ini  Revolusi Islam Iran akan memasuki tahun ke-41, sejak lahirnya pada 11 Februari 1979. Sudah pasti seluruh dunia kagum dengan keberanian kakek tua yang sudah berusia 80 tahun waktu itu, yang  kembali ke Iran dari tempat pengasingannya di Prancis. Ia adalah Imam Khomeini.

Waktu itu semua kelompok bersatu dan bekerja sama untuk menggulingkan pemerintahan Shah Reza Pahlevi, sekaligus mengakhiri pemerintahan monarkhi yang berdiri sejak tahun 1906.

Para pendukung Imam Khomeini, termasuk pasukan Garda Nasional yang membelot,  di bawah pimpinan Dr. Mushaddiq. Juga Gerakan Perlawanan Rakyat yang didirikan oleh 'Imam' Az Zinjani dan Ir. Bazarkan setelah keduanya memisahkan diri dari Garda Nasional. Kedua kelompok ini memiliki penetrasi yang besar ke lingkungan kampus dan Bazar (pusat-pusat perdagangan).

Ada juga aksi perlawanan kepada Shah Iran, bernama Mujahidin Kholq, yaitu partai politik yang didirikan oleh Musa Khayabani, Mas'ud Rajawi, dan lain-lain. Mereka mulai merongrong pemerintahan Shah dengan berbagai perlawanan bersenjata. Pemimpin spiritual mereka adalah Ayatullah Ath Thaliqani, dan partai ini didukung oleh para pelajar dan mahasiswa.

Shah konon menjuluki mereka sebagai 'muslimin Marxis' dan mereka berperan sangat besar dalam menjatuhkan Shah. Lebih menariknya lagi penggulingan Shah ini dibantu oleh golongan-golongan 'kiri', termasuk di antaranya Partai Komunis Tawdah. Ini yang kemudian memungkinkan Iran sekarang lebih condong dibantu oleh Rusia.

Imam Khomeini sebelumnya berada di neauphle-le-chateau (daerah dekat Paris, Prancis) dan mendapat kawalan dari Polisi Prancis. Berbagai radio internasional serta surat kabar besar rajin memberitakan pernyataan-pernyataannya yang anti-Shah, sedangkan pengikutnya di Iran menyebarkan kaset-kaset yang berisi khutbah patriotisme Khomeini bagi rakyat Iran.

Prancis telah mengerahkan seluruh kekuatannya untuk melindungi Khomeini dan memberinya kebebasan untuk bergerak semaunya. Sedangkan Rusia tentu berseberangan dengan Shah melalui partai komunis Tawdah yang bersahabat dengan Khomeini.

Begitu Khomeini sampai di Teheran, ia mengumumkan bahwa pemerintahan PM Bakhtiar tidak sesuai syariat Islam dan menunjuk Ir. Bazarkan sebagai PM yang baru. Iran pun mulai memasuki babak baru yang penuh kekacauan dan instabilitas. Krisis ini harus dihentikan dengan memenangkan salah satu dari berbagai golongan yang berseteru. Hari-hari pun berlalu cepat, hingga pada tanggal 14 Februari 1979 pemerintahan Bakhtiar mengumumkan darurat militer dan melarang mobilitas.

Akan tetapi Khomeini menyatakan pembangkangan umum hingga berjuta orang tumpah ruah di jalan-jalan menuju kamp-kamp militer, pangkalan AU, markas SAFAK (intelijen Iran), dan pasukan-pasukan gerak cepat yang berada di bawah komando kepala tentara nasional Shah.

Sempat terjadi konfrontasi kecil, akan tetapi rakyat segera menguasai fasilitas-fasilitas militer tersebut beserta seluruh persenjataan dan amunisi yang ada di dalamnya. Mereka sempat membunuh sejumlah petinggi militer dan menawan yang lainnya saat hendak mempertahankan fasilitas militer mereka.

Jenderal Korbaghi yang menjabat sebagai pemimpin tertinggi angkata bersenjata pun datang kepada Khomeini dan menyerah atas semua yang telah terjadi. Ia menyatakan takluknya militer kepada Khomeini setelah selama ini menghadapi perlawanan di jalan-jalan Teheran dan di seluruh kota Iran lainnya. Militer pun kembali ke pangkalan mereka atas perintah komandan tertinggi mereka. Khomeini lantas mengumumkan lahirnya 'Republik Islam Iran', dan dengan begitu berakhirlah orde Shah dan mulailah orde Syi'ah.

Di hari-hari pertama pasca berhasilnya revolusi, Khomeini belum menunjukkan ambisi terpendamnya untuk menguasai negara beserta rakyatnya. Ia justeru mengangkat Ir. Bazarkan sebagai PM dan memberinya kebebasan untuk memilih menteri-menterinya kecuali tiga orang, yaitu Ibrahim Yazdi (warga negara AS), Jumran, dan Shadiq Thabathaba-i.

Khomeini lantas kembali ke Qumm untuk bersua dengan massa selaku pemimpin revolusi. Ia menyampaikan khutbah-khutbah hariannya setiap ada massa yang berkumpul. Akan tetapi di saat yang sama, kelompoknya menguasai empat badan terpenting, yaitu: Tentara Revolusi, Lajnah Revolusi, Mahkamah Revolusi, dan Stasiun Radio serta Televisi.

Ada pendapat yang sulit disatukan antara Islam Syiah di Iran dengan Sunni di Arab Saudi, yaitu "Kalau di Mekkah telah diizinkan untuk membangun Huseiniyyah, maka barulah di Teheran boleh didirikan mesjid Ahlussunnah. " Berarti hingga hari ini, masjid Islam Sunni sulit berdiri di Teheran. Hal ini sudah tentu berbeda dengan di Irak yang bertetangga dengan Iran. Meski penduduk Irak mayoritas Islam Syiah, tetapi di masa pemerintahan Presiden Saddam Hussein yang Sunni, sudah banyak berdiri masjid Muslim Sunni.

Ketika saya berkunjung untuk kedua kalinya ke Irak, September 2014 (saya pertama kali ke Irak, Desember 1992), saya yang disertai staf Kedutaan Besar RI di Baghdad, pada hari Sabtu, 20 September 2014, berkunjung ke masjid al-Kufa di Kufa, Irak. Itu adalah masjid Ali r.a, yang sebagaimana foto di atas, sebuah masjid yang dibangun Abad VII, di masa Ali r.a. Kufa itu merupakan sebuah kota yang terletak 170 km di selatan kota Baghdad.

Besoknya, kami mengunjungi Padang Karbala. Inilah yang dimaksud kalimat pembukaan di atas, "Setiap hari adalah Asyura, setiap tempat adalah Karbala." Padang Karbala dulunya adalah suatu wilayah yang luas. Sekarang sudah berdiri berbagai bangunan. Di tempat yang saya tuju inilah, Hussein, putranya Ali r.a tewas setelah kalah melawan musuh dalam pertempuran tidak seimbang. Leher cucu Nabi Muhammad SAW itu ditebas dan kepala Hussein ditendang kaki kuda musuh ke sana ke mari.

Jadi sekarang setelah Presiden Irak (Sunni) jatuh dan digantung, Irak kembali dikuasai masyarakat Muslim Syiah.

Memang tidak salah bahwa pemerintahan di Irak terbagi ke pada tiga kelompok setelah lahirnya Negara Islam di Negara 1001 Malam itu. Presidennya yang tidak memiliki kekuasaan besar diserahkan kepada kelompok Kurdi. Sedang yang menjalankan penerintahan ada di tangan perdana menteri, di mana dipegang dan dijalankan oleh Islam Syiah. Berikutnya Islam Sunni yang pernah memegang kekuasaan di masa Presiden Irak Saddam Hussein lebih banyak diberi peranan di Parlemen Irak.

Semua itu sepertinya akan berubah setelah pasukan AS yang berada di Suriah, sebagian besar tidak dipulangkan ke AS, tetapi dipindahkan dari Suriah ke Irak.

Akhirnya Iran merasa terganggu dengan hadirnya pasukan AS di Irak yang di masa Presiden AS Barack Obama telah ditarik dari Irak. Kemarahan Iran semakin menjadi-jadi karena orang kepercayaannya di militer tewas sewaktu mengunjungi Irak.


Jumat, 03 Januari 2020

Untukmu Thaha Al-Hamid di Usia Saya Jelang 65 Tahun

Untukmu Thaha Al-Hamid, di Usia saya jelang 65 Tahun

Catatan Awal Tahun 2020, Dasman Djamaluddin
https://id.wikipedia.org/wiki/dasman_djamaluddin

Thaha, 40 tahun kita tidak bertemu, ternyata pertemuan kita untuk pertama kali di Jakarta, tepat mengawali tahun baru, 1 Januari 2020, Anda tetap Thaha seperti yang dahulu.

Kenapa saya mengatakan demikian? Karena secara psikhologis, Anda tidak berubah terhadap saya, yaitu ketika kita sama-sama berjuang di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Jayapura. Banyak di antara kita berubah, terseret arus zaman. Terlena, terpengaruh, sehingga ada di antara kita mengikuti arus zaman yang pengaruhnya berdampak terhadap diri kita sendiri, lupa bahwa manusia itu pada hakekatnya tidak memiliki apa-apa, jika Sang Pencipta tidak  ikut berperan aktif di sampingnya.

Saya hanya ingin menggarisbawahi, bahwa Setan-lah yang mempengaruhi mereka, sehingga sombong dan ingin mengatakan dirinya lah yang terbaik, terkenal. Sebenarnya ia sudah terjebak di alam dunia. Terpengaruh kekuasaan, kebanggaan, sehingga itu semua sifat dari sifat Setan, makhluk yang dimurkai Allah SWT.

Thaha, saya sengaja menampilkan wikipedia saya, hanya untuk mengatakan bahwa wikipedia Thaha Al-Hamid lebih dari wikipedia saya.

Thaha, memang dulu Anda, sekretaris saya di Lembaga Hukum Mahasiswa Islam (LHMI) HMI Cabang Jayapura. Sekarang, Anda sudah menjadi tokoh Papua. Yang saya hormati ketika bertemu lagi di Jakarta setelah 40 tahun, Anda adalah Thaha yang dulu. Rendah hati, akrab, juga seperti dahulu.

Pertemuan kita di Jakarta dan menyarankan Anda menulis buku bukan apa-apa. Saya hanya teringat kata Pramoedya Ananta Toer. Ia berkata:
" Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."

Iya Thaha, bangsa ini  ingin mengetahui pengalaman Anda bersama Theys. Harapan Indonesia agar lebih baik lagi. Di samping untuk orang-orang semasa kita agar tetap jujur dalam melaksanakan amanah, tidak korupsi, tidak tergila-gila dengan harta sehingga korupsi, juga bermanfaat buat anak cucu kita. Generasi muda mendatang.

Cisalak, Cimanggis, Tapos, Depok, 3 Januari 2020