Rabu, 20 November 2019

Peresmian Graha Insan Cita (KAHMI dan HMI) Papua

Surya Jaya anggota Korps Alumni HMI (KAHMI) Cabang Jayapura mengirim sebuah video dari Jayapura, Papua. Video itu menggambarkan tentang peresmian gedung baru HMI dan KAHMI pada hari Sabtu, 16 November 2019 yang terletak di Kompleks BTN Skyline Kotaraja Kota Jayapura.

Peresmian gedung ini, mengingatkan saya kepada kegiatan anak-anak HMI Cabang Jayapura, Selasa, 25 Desember 2018, yang merupakan Hari Natal bagi umat Kristiani di seluruh dunia. Saya waktu itu, hanya ingin melihat hari Natal di Jayapura, Papua dan Irak. Dua wilayah ini pernah saya kunjungi. Pertama, Papua, saya pernah kuliah di Universitas Cenderawasih (Uncen) di Abepura Papua, sejak 1974-1979. Kedua, di Irak, saya mengunjunginya pada bulan Desember 1992 dan September 2014.

Di Papua untuk tahun 2018 lalu, saya merasa gembira, karena Himpiban Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Jayapura, di mana sewaktu saya kuliah di sana, saya aktif di organisasi ekstra ini. Kenapa saya gembira? Rupanya gagasan kami sewaktu di Papua (kami bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Theolagia Gereja Kristen Indonesia) terus diikuti kader-kader HMI berikutnya.

Pada tahun 2018 lalu, Ketua Umum HMI Cabang Jayapura, Hariyanto Rumagia telah menyatakan sebelumnya bahwa sekitar 122 anggota HMI Cabang Hayapura siap amankan 12 Gereja di Kota Jayapura. Alhamdulillah, malam kemarin para anggota HMI sudah menyebar ikut membantu polisi mengatur lalu lintas di sekitar Gereja.

Sama halnya dengan di Irak, suasana di Irak, negara yang pernah saya kunjungi dua kali, sekarang  sudah kembali dilanda aksi unjuk rasa, meminta pemerintah Irak memberantas korupsi, menurunkan jumlah pengangguran dan harga kebutuhan pokok.

Tahun lalu Irak telah menyatakan gerilyawan Negara Islam di Irak sudah berhasil dilumpuhkan. Tidak ada lagi gerilyawan Negara Islam di Irak. Pun Zona Hijau di mana tempat-tempat Kedutaan Besar berbagai negara dan Bandara Internasional sudah dicabut. Memang diakui ada beberapa tempat yang memperoleh perlakuan khusus, tetapi Zona Hijau, istilah dari militer itu sudah dicabut yang diberlakukan selama 15 tahun telah dicabut pada 10 Desember 2018.

Tahun 2018 itu, penduduk Nasrani Irak sudah bisa melaksanakan ibadahnya dengan bebas dan aman di Negara 1001 Malam itu. Mereka sudah kembali ke rumah masing-masing dan sudah tentu bila rumah mereka hancur akibat perang, sudah tentu menumpang sementara di rumah keluarga dekatnya, asalkan bisa melaksanakan hari Natal bersama-sama.


Menurut website Kongres Smith, ada lebih kurang 200.000 penduduk Kristen di Irak, jumlah itu menurun dari  1.4 juta di tahun 2002 menjadi  500.000 di tahun 2013. Itu sebelum Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) membunuh mereka dengan apa yang disebut kampanye pembunuhan massal (genocide).

Di website itu ditunjukkan banyak penduduk Kristen terpisah di Erbil di wilayah Kurdistan dan mereka sangat memerlukan bantuan agar bisa kembali lagi ke rumah mereka dan tinggal dengan aman di Irak. Diakui banyak pengungsi Kristen Irak lari ke wilayah Kurdistan, juga di Irak.  Baru-baru ini penduduk Kurdistan ingin merdeka dari Irak, karena banyak berpendapat demikian setelah pemungutan suara. Tetapi didiamkan saja oleh pemerintah Irak.

Bersyukur sudah 450.000 penduduk Kristen Irak kembali ke rumahnya masing-masing dan ini sejalan pula  dengan prioritas pemerintah Irak sekarang membangun kembali negara itu. Banyak pusat peribadahan hancur akibat serangan AS ke Irak waktu menjatuhkan Presiden Irak Saddam Hussein. Di antaranya gereja dan masjid serta rumah ibadah lainnya banyak yang hancur.

Bagaimana pun, saya menyaksikan penduduk Kristen di Indonesia, khususnya di Papua dan di Irak, tetap bergembira merayakan Hari Natal.

Sudah tentu menyambut Natal tahun 2019 ini, penduduk Irak tidak diganggu aksi unjuk rasa.

Selasa, 19 November 2019

Pertemuan para Penulis di Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia, hari Minggu, 17 November 2019 menyelengarakan bincang-bincang santai bersama para penulis di Jalan Plaju, No. 10, Jakarta. Hadir dalam acara tersebut Taufik Abdullah yang sekarang menjadi Ketua Pembina Yayasan. Sebelumnya dijabat oleh Pemimpin Umum Harian "Kompas," Jacob Oetama. Sementara Ketua Pengurus Yayasan, juga hadir, Kartini Nurdin.

Penerbit Yayasan Pustaka Obor didirikan oleh tokoh pers Mochtar Lubis. Sekarang putranya Iwan Lubis diwariskan oleh ayahnya Mochtar Lubis melanjutkan pengurusan milik ayahnya yang sebagian besar berupa buku.

Almarhum Mochtar Lubis meninggal dunia tahun 2004. Ia lahir di Padang pada 7 Maret 1922. Membaca biografi Mochtar Lubis akan lebih lengkap jika membaca buku tulisan David T. Hill, Guru Besar Kajian Asia Tenggara dan Fellow di Asia Research Centre (Pusat Penelitian Asia) di Murdoch University, Australia Barat. Penerbitnya juga Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011.



Senin, 18 November 2019

Mengingat Hari Lahir Nabi Muhammad SAW dengan Meneladani Perilakunya

Mantan wartawan harian "Merdeka," pimpinan almarhum  BM Diah, yaitu Neta S Pane, tepat hari lahirnya Nabi Muhammad SAW, tahun lalu, Selasa, 20 November 2018 mengirimlan fotonya dari Jerusalem.  Ia diberitakan sedang berkunjung ke Jerusalem.

Hari ini, pada peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, 9 November 2019, saya teringat foto yang dikirimkannya setahun yang lalu.  Ia mengirimkan foto kompleks Al-Haram Asy-Syarif, di mana di dalamnya terdapat "Dome of The Rock," yang berarti Kubah Batu.

Bangunan Kubah Batu, merupakan satu di antara bangunan yang terletak di sebuah kawasan seluas 14,4 hektar. Di sana ada beberapa bangunan lagi, termasuk masjid Al-Aqsa.

Apa yang dapat dilihat di bangunan Kubah Batu berbentuk delapan persegi itu? Neta mengabadikan sebuah foto tapak mi'rajnya Nabi Muhammad SAW dari masjid Al-Aqsa ke Sidratul Muntaha (langit ke-tujuh) dan dari Allah SWT lalu  menerima amanah untuk melaksanakan shalat.

Pertama, 50 rakaat sehari semalam. Kemudian ketika hendak turun bertemu Nabi Musa dan menyarankan agar kembali bertemu Allah SWT untuk kembali. Minta pengurangan rakaat, karena menurut Nabi Musa as, ummat Nabi Muhammad SAW tidak akan kuat. Nabi Muhammad kembali lagi menghadap Allah, sehingga raka'atnya berkurang menjadi lima kali sehari semalam.

Tidak dijelaskan oleh Neta, apakah perjalanannya ke Jerusalem lancar-lancar saja setelah Jerusalem berada di bawah kelompok Yahudi usai kekalahan negara Arab pada 7 Juni 1967 dalam perang yang hanya berlangsung enam hari. Apalagi baru-baru ini, Amerika Serikat menyatakan bahwa Jerusalem adalah ibu kota Israel.

Penduduk Yahudi telah merdeka tahun 1948. Sebelumnya, negara pemenang Perang Dunia I, khususnya Inggris menandatangani sebuah perjanjian dengan kelompok Yahudi. Penduduk Yahudi ikut membantu Inggeris dengan dana yang besar, agar Jerman bisa dikalahkan. Jika Jerman kalah, apa yang diminta penduduk Yahudi akan dipenuhi Inggris. Ternyata Jerman kalah dalam perang.

Penduduk Yahudi menganggap tanah airnya ada di Jerusalem. Awalnya Inggris memberikan tanah Palestina kepada penduduk Yahudi. Anehnya, sebenarnya kalau dibagi, maka rakyat Palestina yang memperoleh bahagian besar. Ini tidak. Malah, penduduk Yahudi yang memiliki wilayah lebih besar dan mendeklarikan kemerdekaannya tahun 1948 sebagai negara Israel.

Sebaliknya, sekarang nasib bangsa Palestina terkatung-katung. Wilayahnya makin lama makin kecil. Lihatlah Jalur Gaza dan Tepi Barat. Dalam hitungan di atas kertas, bangsa Palestina (Islam dan Kristen) yang tepat menjadi bangsa merdeka. Awalnya wilayah itu seluruhnya milik bangsa Palestina, kenyataannya bangsa ini yang kemudian menjadi bangsa pengungsi.

Penduduk Yahudi menganggap di Jerusalem itu terdapat "Dinding Ratapan," untuk penduduk Yahudi. Terkejutnya bangsa-bangsa di dunia, keinginan Israel untuk mendirikan kembali "Kuil Sulaiman," yaitu tempat peribadatan suci umat Yahudi yang dibangun Nabi Daud as pada tahun 1000 Sebelum Masehi. Untuk membangunnya, maka Israel harus meruntuhkan masjid Al-Aqsa. Apakah keinginan Israel ini bisa terwujud? Sudah tentu, tidak.
(elmarj.com)

Sekarang wilayah Palestina itu diambil alih pelan-pelan oleh Israel. Strateginya dengan memperluas berdirinya pemukiman baru penduduk Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Impian rakyat Palestina untuk merdeka semakin jauh dari harapan. Tidak bisa merdeka secara "de facto" dan "de jure." Bahkan  yang kita saksikan, wilayah Palestina semakin lama semakin kecil.
Apalagi  kita saksikan, pada hari Kamis tanggal  21 Agustus 1969, pukul  9.30 waktu setempat, Radio Israel secara resmi mengumumkan suatu peristiwa yang sangat menyayat hati umat Islam, bahwa Masjid Aqsha telah terbakar. Nyala api kebakaran  itu sendiri, katanya  terjadi mulai  kira-kira  pukul 7.15, kurang lebih dua jam sebelum radio itu menyiarkannya. Ummat Islam  seluruh dunia, termasuk Indonesia marah dan mengecam siapa yang  membakarnya. Karena masjid itu terletak di Jerusalem, wilayah yang dikuasai Israel, ummat Islam sudah  tentu marah  kepada Israel.  Oleh karena itulah, negara-negara Islam  bersatu  membentuk OKI , Organisasi Konferensi Islam.

Masjid Aq-sha ini sangat penting bagi ummat Islam di seluruh dunia. Masjid ini merupakan tempat Nabi Muhammad SAW mengakhiri  Isra' dan mengawali Mi'rajnya . Tempat ini namanya tercatat abadi  dalam  kitab  suci  Al-Qur'an.

Saya  kembali  merenung, bahwa Allah SWT berkehendak akan sesuatu. Karena bukankah kita percaya, tanpa  izin Allah SWT, semua peristiwa yang  saya katakan dari awal, tidak akan terjadi.  Kesabaranlah yang kita butuhkan sekarang.  Percayalah Allah SWT  lebih mengetahui dan memiliki ilmu yang tidak bisa kita capai, tanpa izinNya. Segala sesuatu terjadi  atas  izinNya. Maha Besar Allah dengan apa-apa yang dimilikiNya.

Kamis, 14 November 2019

Warga Palestina Sepakat Lanjutkan Perjuangan Yasser Arafat

Lima belas tahun yang lalu, tepatnya hari Kamis, 11 November 2004, Pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina, sekaligus Presiden Palestina Yasser Arafat wafat. Pada waktu itu, Menteri Kabinet Palestina, Saeb Erekat di Ramalah mengumumkan Yasser Arafat wafat. Pengumuman yang sama dilakukan juru bicara Rumah Sakit Percy Chistian Estripaeu yang menyatakan Yasser Arafat wafat pada pukul 3.30 pagi waktu Prancis.

Sebelumnya pada 10 November 2004, delegasi Palestina diizinkan membesuk, tetapi hanya Perdana Menteri Ahmed Qureia yang masuk ruang Arafat. Qureia menangis. Menteri Luar Negeri Palestina Nabil Shaath mengumumkan kondisi Arafat yang masih hidup walaupun sakit parah.

Arafat yang dalam keadaan koma, waktu itu ditopang dengan alat bantu pernafasan dan suplai makanan. Peralatannya masih tetap ada di tempatnya, beliau juga dihubungi dengan peralatan monitoring. Yang jelas tidak ada gejala penyakit berbahaya atau kanker.

Keracunan, inilah gejala yang ditemukan di tubuh Yasser Arafat berusia 75 tahun itu. Ia selama tiga setengah tahun terakhi terkurung di sebuah kantor yang sangat sempit, yang punya sedikit sekali oksigen dengan kondisi dikepung tentara Israel. Tetapi ada yang berpendapat, ia diracun oleh Israel.

Pagi ini, Jumat, 15 November 2019, saya melihat beberapa foto dari Kantor Berita Perancis, AFP yang memunculkan foto-foto hancurnya Bandara Internasional Yasser Arafat di Gaza, yang diresmikan November 1998. Bandara itu kini tinggal reruntuhan akibat serangan Israel. Jadi bukan hanya Yasser Arafat yang sudah tiada, tetapi juga Bandara yang memakai namanya, ikut dihancurkan.





Tepi Barat dan Jalur Gaza, juga negara Israel sekarang, seluruhnya merupakan wilayah Palestina. Lihat peta di bawah ini :
Setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membagi wilayah itu secara tidak adil, di mana penduduk Palestina mendapat bagian kecil dari Israel, terjadilah berkali-kali perang dengan negara Arab. Israel keluar sebagai pemenang perang. Akibatnya wilayah Palestina semakin kecil. Ditambah dengan taktik Israel mendirikan pemukiman baru di wilayah Palestina. Tetapi, rakyat Palestina tetap bersemangat dan selalu berdoa wilayahnya menjadi merdeka dari pendudukan Israel.

 Lihatlah foto di bawah ini. Rumah penduduk Palestina dihancurkan. Setelah itu dibangunlah pemukiman baru untuk penduduk Israel.


Rabu, 13 November 2019

Peter A. Rohi di Usia 77 Tahun, Sebuah Kenangan

Inilah foto Peter A.Rohi atau lengkapnya Peter Apollonius Rohi yang saya unggah dari facebook. Usianya pada 14 November 2019 ini genap 77 tahun. Ia lahir pada 14 November 1942 di Timor. Nama Sabu-nya Kore Rohi. Belajar komunikasi dan intelijen militer. Pada masa Trikora bekerja sebagai staf Message Center di Pusat Komando Induk Marinir. Ikut dalam Datasemen Amphibi pada Operasi Tumpas di Sulawesi yang dipimpin Kolonel M.Jusuf dan Letnan Kolonel Solichin GP.

Pada 21 September 2011, saya diajak teman sesama wartawan, Dwi Karyani bertemu beliau. Ia memberikan buku tulisannya berjudul: "Riwu Ga, 14 Tahun Mengawal Bung Karno, Kako Lami Angalai ?" (PT. Koran Indonesia Utama).

"Kako Lami Angalai," artinya sama dengan Quo Vadis dalam bahasa Latin. Secara harfiah berarti, mau ke mana ? Buku setebal 137 halaman tersebut masih tersimpan hingga sekarang di rak buku saya.

Waktu saya bertemu tanggal 21 September 2011 itu, Peter A. Rohi  menulis catatan di halama awal buku yang akan diberikannya kepada saya.

"Selamat ulang tahun Pak. Usia 56 tahun jadikan sebagai tahun istimewa untuk Pak Dasman Djamaluddin."