Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Malam menjelang pagi ini, saya mencoba coret-coretan kepada Anda. Sudah tentu, secara pribadi kita pernah memiliki kenangan di Papua, ketika saya dipercaya menjadi Ketua Lembaga Hukum Mahasiswa Islam (LHMI) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Jayapura.
Saya sebelumnya sangat gembira bahwa Anda memiliki buku saya: "Saddam Hussein Menghalau Tantangan (Jakarta: PT. Penebar Swadaya, 1998). Saya juga senang, Anda sangat kenal dengan Aristides Katoppo yang sewaktu bulan puasa tahun lalu, saya diundang berbuka puasa di rumah beliau.
Thaha, apa kaitan buku Saddam Hussein dengan dengan Aristides Katoppo? Kaitannya sangat erat, karena Aristides Katoppo ketika menerbitkan buku saya Saddam Hussein tidak dapat saya lupakan, gembira sekaligus sedih.
Buku Saddam Hussein yang di tangan Anda, tidak sebaik buku para pemimpin dunia lainnya. Edisi lux dan foto sangat cemerlang dan jelas.
Saya mengenal dekat Aristides Katoppo sejak 1991/1992.
Ia penyumbang tulisan di buku yang saya susun "B.M.Diah, Tokoh Sejarah yang Menghayati Zaman" (Jakarta: Pustaka Merdeka 1992). Kemudian tahun 1994, saya menerbitkan buku: "Gunawan Satari, Pejuang, Pendidik dan Ilmuwan (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994). Aristides Katoppo waktu itu adalah penentu di penerbitan tersebut.
Buku biografi Prof. Dr. Ir. Gunawan Satari ini saya bawa ke Kedutaan Besar Irak di Jakarta. Duta Besar Sa"doon J. al-Zubaydi, yang dulunya penterjemah Presiden Irak Saddam Hussein, karena ia lulusan bahasa Inggris di Universitas Cambridge, setuju dengan ide saya menerbitkan buku di Pustaka Sinar Harapan. Tetapi apa yang terjadi? Keinginan duta besar tidak sesuai dengan harapannya. Kalau masalah dana tidak mungkin kurang. Tetapi buku Saddam Hussein jauh dari harapan seorang Duta Besar Irak di Jakarta yang awalnya ingin seperti buku saya Prof.Dr. Gunawan Satari, minimal. Maksimalnya seperti buku para pemimpin dunia umumnya. Sebuah cerita menggembirakan buat saya, sekaligus menyedihkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar