Saya di undang oleh Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahun Budaya (FIB) Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Indonesia (UI) di Kampus FIB UI Depok, Kamis, 12 Desember 2019.
Jika berbicara tentang peluncuran hasil penelitian "Orang Buton," yang telah dibukukan, saya tidak banyak berkomentar, karena itu merupakan sebuah hasil penelitian. Banyak juga yang berharap bukan saja "Orang Buton," yang diteliti, tetapi orang Papua penting juga diagendakan FIB UI agar diteliti.
Saran ini benar. Sejak 1975 hingga 1980 saya kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Cenderawasih, Abepura, Papua, jumlah penelitian tentang Orang Papua," jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari.
Juga ketika acara itu sekaligus memperingati 90 Tahun Prof. AB. Lapian. Tetapi ketika acara tersebut juga memperingati 88 Tahun Prof. Dr. Nugroho Notosusanto, saya mungkin sedikit memberi catatan.
Saya langsung mengambil sebuah buku di rak buku saya yang ditulis B.M.Diah berjudul: "Meluruskan Sejarah (Jakarta: Pustaka Merdeka, 1987)."
Di dalam BAB I, buku setebal 268 halaman itu, B.M.Diah menulis kritikan tentang buku " Sejarah Nasional Indonesia," karya Dr.Nugroho Notosusanto, Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo dan Dr. Marwati Djoened. B.M. Diah menulis kritikannya dari halaman 1 hingga 20. Antara lain "Sejarawan Indonesia Masih Dipengaruhi Sejarawan Barat" dan "Sejarawan Indonesia 1976 Menghukum Sukarno."
Sebagai Alumnus Program Studi Ilmu Sejarah, Program Pascasarjana FIB UI, saya lebih banyak tidak berkomentar dalam acara itu. Hal ini dikarenakan akan menimbulkan polemik di belakang hari, apalagi saya adalah mantan wartawan Harian "Merdeka," pimpinan B.M.Diah dan pada saat bersamaan, saya menulis judul tesis di FIB UI, "Harian Merdeka Sebuah 'Personal Journalism' B.M.Diah (1945-1996)," di mana Prof. Dr. Susanto Zuhdi, adalah Ketua Penguji saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar