Sejak saya sekolah di SMA Negeri Blora, baru-baru ini saja paham tanggal lahir SMA Negeri Blora yang sekarang bernama SMA Negeri I Blora itu. Hal itu saya ketahui dari salah seorang guru bernama Friswanti Indrawuni. "Tanggal lahirnya 1 Oktober 1959. Jadi sekarang sudah berusia 60 tahun," ujarnya.
Saya di SMA Negeri Blora setelah lulus Sekolah Menengah Pertama Negeri I di kota kelahiran saya Kota Jambi. Di SMA Negeri Blora sejak tahun 1972 hingga 1974.
Blora adalah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibu kotanya adalah Blora, sekitar 127 km sebelah timur Semarang. Berada di bagian timur Jawa Tengah, Kabupaten Blora berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur.
Sekarang, SMA Negeri 1 Blora merupakan salah satu dari Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Kabupaten Blora, Jawa Tengah seperti pada sekolah menengah atas umumnya. Masa pendidika di SMAN 1 Blora ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari Kelas X sampai Kelas XII.
Tenaga pendidik (guru) berjumlah 63 orang dengan kualifikasi sarjana. Dalam rangka persiapan menghadapi program RSBI, 13 orang guru bergelar Magister Pendidikan dan menggiatkan kursus bahasa Inggris, komputer, dan internet.
Sejak digulirkannya rencana pelaksanaan program SDIP (School Development Invesment Plan) yang dalam perjalanannya berubah menjadi SBI (Sekolah Nasional Bertaraf Internasional) keluarga besar SMAN 1 Blora terus berbenah dan dengan serius mempersiapkan diri.
Blora sebagai sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terkenal dengan kekayaan hutan jatinya. Tetapi yang tidak kalah penting, Kabupaten Blora menjadi sumber inspirasi para tokoh dan sastrawan nasional yang punya kaitan dengan Blora, yaitu Dr Soetomo, tokoh penggerak Kebangkitan Nasional. Kedua, Raden Mas Tirto Adhi Soerjo yang dikenal dengan sebutan Raden Djokomono dan ketiga, adalah Pramoedya Ananta Toer.
Ketiga tokoh ini memiliki ciri khas masing-masing dan sudah tentu pula memiliki latar belakang berbeda. Misal, Dr Soetomo yang lahir di Desa Ngepeh, Kabupaten Nganjuk, keterkaitannya dengan Blora karena bertugas sebagai dokter di Blora. Ia menemui pasangannya, seorang perawat d berkebangsaan Belanda, EJ de Graaf di sebuah rumah sakit di Blora.
Kedua, Tirto Adhi Soerjo (Raden Djokomono), lahir di Blora tahun 1880, tetapi besar di Bandung (Jawa Barat). Bahkan diajukan sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Daerah Jawa Barat. Itu dikarenakan, ia lebih banyak berkiprah di Jawa Barat dibanding Blora.
Ketiga, adalah Pramoedya Ananta Toer. Ia lahir di Jetis, Blora pada 6 Februari 1925. Ia mulai menulis sejak duduk di Sekolah Rakyat (sekarang Sekolah Dasar). Ayahnya Toer adalah seorang guru dan aktivis Partai Nasional Indonesia (PNI) Cabang Blora.
Karya-karya Pram sudah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa, mungkin lebih. Ia meninggal dunia di Jakarta, diusia 81 tahun, pada 30 April 2006.
Saya mengenal Pram dari mantan Pemimpin Redaksi harian "Merdeka," , Joesoef Isak. Sudah tentu banyak yang menyanggah, bukankah Pemimpin Harian "Merdeka" itu, Burhanudin Mohamad (BM) Diah?
Benar. Joesoef Isak pernah menggantikan BM Diah untuk sementara ketika suami Herawati itu bertugas sebagai duta besar. Itu sementara.
Joesoef Isak pada tahun 2009 bercerita tentang Pramoedya Ananta Toer. Bahkan bersama Pramoedya sering menemui Duta Besar RI di Moskow (Rusia), yaitu Adam Malik. Juga sebagai orang yang memiliki penerbitan, Joesoef Isak sangat dipercaya Pramoedya menerbitkan buku-bukunya.
Tanggal 12-15 September 2018 lalu di Blora berlangsung acara "Cerita dari Blora " judul yang diambil dari tulisan Pramoedya Ananta Toer. Adik laki-laki Pram, Soesilo Pram ikut serta dalam diskusi buku kakaknya Pram, "Cerita dari Blora." Waktu itu saya merencanakan ke Blora, tetapi karena sesuatu hal, batal. Entahlah nanti di ulang tahun SMA Negeri 1 Blora, tahun 2020, saya bisa hadir. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar