Ini adalah makam Tan Malaka atau Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Sepintas banyak yang bertanya, kenapa Pahlawan Nasional asal Sumatera Barat ini dimakamkan di daerah Jawa Timur?
Tan Malaka asli berasal dari Sumatera Barat. Lahir di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat pada tanggal 2 Juni 1897. Dua buah bukunya yang terkenal "Madilog," dan "Gerpolek (Gerilya-Politik dan Ekonomi)." Buat saya, gagasannya ingin agar bangsa Indonesia merdeka 100 persen sangatlah menarik.Sudah tentu gagasan ini dicanangkannya setelah terlibat langsung untuk merebut kemerdekaan dari penjajah dengan mengorbankan harta dan nyawa.Untuk itu perlu dipertegas, agar bangsa Indonesia merdeka 100 persen. Untuk itulah, mereka ingin di berbagai bidang, politik, ekonomi dan bidang lainnya merdeka dan berdaulat 100 persen.
Tan Malaka adalah anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan pendiri Partai Murba.Pada waktu Tan Malaka meninggal dunia, ia tidak menyaksikan pembubaran PKI tahun 1966, karena sudah meninggal dunia karena ditembak pasukan Indonesia sendiri pada 21 Februari 1949 di usia 51 tahun di Kediri. Informasi ini terungkap dari pernyataan Sejarawan Belanda Harry A Poeze.Setelah Indonesia merdeka, Wakil Presiden Mumammad Hatta mengeluarkan Maklumat Wakil Presiden No.X (huruf eks, bukan angka 10 ejaan Romawi).Semua partai diizinkan berdiri, termasuk PKI. Dalam Pemilu 1955, PKI termasuk ke dalam empat partai besar pemenang Pemilu. Seandainya Tan Malaka masih hidup saat itu, sudah tentu ia bergembira. Boleh jadi juga jika masih hidup, usianya sudah 68 tahun di tahun 1966, di mana ia juga akan ditahan TNI pada akhirnya, karena setelah Supersemar dikeluarkan, sehari sesudahnya PKI resmi dibubarkan dan siapa pun yang berkaitan dengan PKI ditahan dan ada di antaranya dihukum atau jika membahayakan ditembak mati.
Tanggal 21 Februari 2018 nanti genap 69 tahun kepergian Tan Malaka. Saya mendengar informasi, masyarakat Minangkabau menginginkan agar tepat hari meninggalnya bulan itu, jenazahnya akan dipindahkan dari Kediri ke Sumatera Barat. Sementara warga Kediri menolak rencana itu.Menurut saya sudah saatnya pula Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI) ikut membantu menangani hal ini.
Sabtu, 21 Januari 2017
Senin, 09 Januari 2017
Jelang Hari Pers Nasional (HPN) 2017 Terbit Buku Wartawati Harian "Pedoman"
Foto yang saya ambil dari blog Adibsusilasuraj di atas mengingatkan kita kepada sebuah organisasi insan pers Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang lahir pada 9 Februari 1946.Mengapa tidak? Kedua tokoh pers ini, yaitu Burhanudin Mohamad Diah (BM Diah) dan Rosihan Anwar pernah terjadi konflik memperebutkan Ketua Umum PWI. Akhirnya pemerintah turun tangan dan mengakui kepengurusan PWI pimpinan BM Diah.Lengkap pertarungan itu dapat dibaca di buku "Butir-Butir Padi B.M.Diah " yang saya tulis.
Kedua tokoh pers Indonesia ini sudah tiada. Menjelang Hari Pers Nasional, 2017 yang rencananya akan diselenggarakan di Kota Ambon, Provinsi Maluku, maka baru-baru ini terbit buku wartawati harian "Pedoman," ibu Dewi Asiah Rais Abin berjudul "Hidayat, Father, Friend and A Gentlemen," diterbitkan oleh Penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia.Menariknya di buku ini, ketika Pak Hidayat meninggal dunia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, tidak ada media yang memberitakan meski inspektur upacara adalah Menteri Pertahanan RI Juwono Soedarsono.Pertanyaan wartawan senior alm.Rosihan Anwar di buku ini, mudah-mudahan terjawab di Hari Pers Nasional 2017 kali ini. Bagaimanapun peranan Pak Hidayat dalam membentuk Pemerintah Darurat RI sangat penting, sebagaimana tulisan saya sebagai hasil perjalanan ke pusat Pemerintahan Darurat RI di Sumatera Barat baru-baru ini.
Kedua tokoh pers Indonesia ini sudah tiada. Menjelang Hari Pers Nasional, 2017 yang rencananya akan diselenggarakan di Kota Ambon, Provinsi Maluku, maka baru-baru ini terbit buku wartawati harian "Pedoman," ibu Dewi Asiah Rais Abin berjudul "Hidayat, Father, Friend and A Gentlemen," diterbitkan oleh Penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia.Menariknya di buku ini, ketika Pak Hidayat meninggal dunia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, tidak ada media yang memberitakan meski inspektur upacara adalah Menteri Pertahanan RI Juwono Soedarsono.Pertanyaan wartawan senior alm.Rosihan Anwar di buku ini, mudah-mudahan terjawab di Hari Pers Nasional 2017 kali ini. Bagaimanapun peranan Pak Hidayat dalam membentuk Pemerintah Darurat RI sangat penting, sebagaimana tulisan saya sebagai hasil perjalanan ke pusat Pemerintahan Darurat RI di Sumatera Barat baru-baru ini.
Kamis, 05 Januari 2017
Jenderal Polisi (Purn) Awaloedin Djamin di Usia 91 Tahun
Di foto ini juga terlihat Kapolri Jenderal Polisi Dr H Tito Karnavian,MA,PhD bersama Kadiv Humas Irjen Pol Drs Boy Rafi Amar menjenguk mantan Kapolri Awaloedin Djamin.
Tepat hari ini, 26 September 2018 merupakan hari lahir atau ulang tahunnya ke-91. Ia lahir di Padang, 26 September 1927. Sehabis menyelesaikan pendidikan setingkat SMA di Padang, ia melanjutkan studinya di Universitas Indonesia. Putra pertama Marah Djamin ini lantas masuk Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) yang diselesaikannya pada tahun 1955.
Ketika menjabat sebagai Kapolri, ia melakukan berbagai pembaruan untuk meningkatkan citra dan wibawa Polri di mata masyarakat. Ia juga melakukan kebijakan terpadu yang dikenal dengan "Program Pembenahan dan Peningkatan Citra Diri."
Pada waktu menjadi Kapolri itu, Awaloedin Djamin telah meletakan dasar bagi organisasi Kepolisian modern. Tiga kebijakannya semasa menjadi Kapolri yang patut dicatat dalam sejarah adalah pembenahan organisasi, pendidikan kepolisian dan kerjasama luar negeri.
Awaloedin Djamin sangat rendah hati. Ia banyak menerima penghargaan dan tanda jasa dari dalam maupun luar negeri. Ia juga polisi yang mencintai buku.
Buat saya, perkenalan pertama dengan Pak Awaloedin Djamin adalah ketika beliau hadir di acara peluncuran buku yang saya tulis "Rais Abin Panglima Pasukan PBB di Timur Tengah" di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta. Pak Rais Abin sekarang berpangkat Letnan Jenderal TNI (Purn) dan di usianya ke 92 masih memimpin Legiun Veteran RI.