Jumat, 15 Mei 2020

Masalah Palestina di Harian "Sriwijaya Post"

*"Sriwijaya Post" dan Pengusiran Warga Palestina* 

 _Oleh Dasman Djamaluddin_

Hari ini, Sabtu, 16 Mei 2020, saya membaca tulisan saya di Harian "Sriwijaya Post," di Palembang tentang "Peta Baru Palestina Jelang Hari Kemerdekaan Israel dan Pilpres AS 2020."

Sebelumnya, sudah tentu kita terlebih dahulu mengenal surat kabar yang lahir dan berkembang di Sumatera Selatan tersebut.

Menurut wikipedia, "Sriwijaya Post" adalah sebuah surat kabar harian yang terbit di Sumatera Selatan, Indonesia. Surat kabar ini termasuk dalam grup Kompas Gramedia. Kantor pusatnya terletak di kota Palembang. Koran ini pertama kali terbit 12 Oktober 1987.

Sudah lama saya tidak membantu harian tersebut, sejak terakhir kali saya membantu berita-berita luar negeri, tanggal 15 September 1991. Yang sangat teringat oleh saya, ketika Ferdinand EdralĂ­n Marcos meninggal dunia pada 28 September 1989,di Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat (AS).

Kala itu sudah malam sekali. Saya sebagai pembantu berita luar negeri di harian tersebut sudah tidur di lantai atas gedung "Sriwijaya Post." Tidak lama pintu diketuk:

 "Pak bangun, Presiden Marcos meninggal." Saya bangun menuju ke lantai bawah. Info dari AS, semua telah disiapkan di atas meja. Hanya berita dari saya mereka tungggu. Kemudian saya tidur lagi. Besoknya, saya membaca berita "Head Line" di halaman muka surat kabar itu: "Mantan Presiden Filipina Marcos Meninggal Dunia."

Marcos adalah Presiden kesepuluh Filipina. Ia menjabat dari 30 Desember 1965 hingga 25 Februari 1986. Marcos lulus dari Fakultas Hukum Universitas Filipina dengan gelar cum laude pada tahun 1939. Lahir, 11 September 1917, di Sarrat, Filipina dan meninggal 28 September 1989, di Honolulu, Hawaii, AS.

 _Tentang Peta Baru Palestina-Israel_ 

Kemerdekaan Israel dideklarasikan tanggal 14 Mei1948, sehari sebelum akhir Mandat Britania, Agensi Yahudi memproklamasikan kemerdekaan dan menamakan negara yang didirikan tersebut sebagai "Israel". Apakah bangsa Arab tidak marah? Mereka protes dan marah. Sehari kemudian, gabungan lima negara Arab – Mesir, Suriah, Yordania, Lebanon dan Irak –menyerang Israel, menimbulkan Perang Arab-Israel 1948.

Negara-negara Arab kalah dalam perang dan wilayah Palestina yang di peta tahun 1947, seluas itu, pun direbut Israel. Hanya tersisa wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Baru-baru ini Menteri Luar Negeri (Menlu) AS pergi ke Israel untuk bicarakan aneksasi Tepi Barat.

Menlu AS Mike Pompeo bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Yerusalem, Rabu, 13 Mei 2020. Mereka  membahas rencana Israel untuk menganeksasi beberapa bagian dari wilayah Tepi Barat. Juga membicarakan Peta Baru Palestina-Israel yang dibuat AS.  Sepertinya ada unsur politis untuk memenangkan Presiden AS Donald Trump terpilih kembali menjadi presiden periode kedua, November 2020.



 _Penderitaan Rakyat Palestina_ 

Serangan balik Israel ke wilayah Palestina setelah tentara Arab menyerang Israel berdampak besar buat warga Palestina itu sendiri. Tanggal 15 Mei 2020, disebut juga Hari Nakbah bagi bangsa Palestina. Nakbah berarti 'petaka' atau 'kehancuran.' Petaka karena Israel berdiri di atas wilayah Palestina. 

Hari Nakba adalah Hari Peringatan tahunan untuk pengusiran bangsa Palestina yang mendorong terbentuknya Israel pada tahun 1948. Hari tersebut, yaitu tanggal  15 Mei, satu Hari setelah tanggal Gregorian untuk Hari Kemerdekaan Israel.

Jutaan warga Palestina pun terusir dari Tanah Air sendiri. Sekitar 80 persen wilayah Palestina lantas dijarah. Hingga kini, semua itu masih diklaim Israel sebagai miliknya—termasuk Yerusalem Timur, ibu kota abadi Palestina.

Bangsa Palestina tinggal hanya di wilayah sisanya, utamanya Jalur Gaza dan Tepi Barat. Itu pun masih di bawah kepungan militer Israel yang selalu mengancam. Malahan, Jalur Gaza kini dapat dianggap penjara terbesar di muka bumi. Apalagi ada keinginan menganeksasi wilayah Tepi Barat.

Setiap tahun, Hari Nakbah diperingati bangsa Palestina dengan serangkaian aksi unjuk-rasa damai. The Great March of Return, demikian nama khas demonstrasi itu sejak dua tahun lalu.

Rakyat Palestina bersuara menuntut kembalinya hak mereka, kedaulatan bangsa mereka, serta Tanah Air yang merdeka dari kolonialisme.